Saat itu, setiap kampung memiliki bentengnya masing-masing. Untuk memenangkan peperangan antar suku, maka setiap pasukan harus memiliki kemampuan untuk melompati benteng tersebut.
Dan pada akhirnya mereka secara khusus untuk memiliki kemampuan ini mereka membuat tumbukan batu yang berguna untuk melatih fisik terutama dalam melompat.
Untunglah sekarang perang telah berakhir, tapi kemampuan Fahombo menjadi suatu tradisi.
Tradisi Fahombo berkembang menjadi ritual atau media bagi para pemuda untuk menunjukan bahwa dia sudah benar-benar dewasa.
Baca Juga: Makna Rumah Bolon, Rumah Tradisional Suku Batak di Sumatera Utara
Tradisi Fahombo ini tidak dapat dilakukan semua masyarakat Nias, tetapi hanya dilakukan oleh kampung-kampung tertentu saja.
2. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Tradisi Lompat Batu atau Fahombo
Tradisi Fahombo ini dilakukan di tempat khusus yang dimiliki oleh setiap kampung di Nias. Tempat khusus ini sudah ada sejak dulu, dan tetap digunakan secara turun menurun.
Tradisi Fahombo ini biasanya diadakan pada waktu dan tempat yang sudah ditentukan oleh masyarakat kampung sekitar dan akan diikuti oleh para pemuda dewasa.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR