Bobo.id - Ibu kota Indonesia akan segera dipindahkan ke Kabupaten Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur.
Upaya pemindahan ibu kota negara itu terus dilakukan lo, teman-teman.
Kemungkinannya, ibu kota Indonesia akan berganti nama dan lokasi pada tahun 2024 mendatang.
Saat ibu kota dipindah, banyak orang yang mempertanyakan nasib kota Jakarta ke depannya.
Banyak yang berpendapat bahwa kota Jakarta akan bertambah sepi setelah pemindahan ibu kota Indonesia.
Tapi, dengan pemindahan ibu kota Indonesia, diharapkan kota Jakarta akan menjadi kota yang lebih baik.
Salah satunya adalah menjadi kota bebas banjir.
Harapan Bebas Banjir untuk Kota Jakarta Setelah Ibu Kota Pindah
Bukan rahasia lagi jika Jakarta sering dilanda banjir, terutama di musim hujan.
Baca Juga: Bukan Jakarta Lagi, Ibu Kota Akan Ganti Nama Jadi 'Nusantara', Ketahui Sejarahnya, yuk!
Teman-teman yang tinggal di daerah rawan banjir Jakarta pasti sangat kerepotan jika banjir melanda wilayah kalian.
Untuk musim hujan akhir tahun 2021 hingga saat ini, setidaknya ada 102 RT di Jakarta yang terendam banjir pada Rabu, 19 Januari 2022.
Ada sekitar 93 titik banjir berada di Jakarta Barat, dan 9 RT di Jakarta Utara. Akibat banjir tersebut, 1.194 jiwa dari 310 kepala keluarga harus mengungsi karena rumahnya terendam banjir.
Banjir pada musim hujan memang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi.
Berkaitan dengan upaya pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur, mungkinkah Jakarta bisa bebas banjir saat tidak menjadi ibu kota lagi?
Ahli Geodesi dari Institut Teknologi Banung (ITB) Heri Andreas mengatakan, masih ada kemungkinan bagi Jakarta untuk terbebas dari banjir.
Kemungkinan Jakarta bebas dari banjir ternyata tidak semata-mata bergantung pada status ibu kota, teman-teman.
Sebab, ada tiga hal yang berperan dalam terjadinya suatu banjir. Yakni curah hujan, penyerapan, serta daya tampung.
Curah hujan adalah salah satu penyebab banjir yang tidak bisa dihindari dan dikendalikan karena curah hujan berasal dari alam.
Baca Juga: Wah, Ternyata Kota Jakarta Sudah Berganti Nama Sebanyak 13 Kali! Apa Saja, ya?
Sementara dua penyebab lain adalah penyerapan dan daya tampung adalah hal yang bisa diupayakan manusia.
Selama ini, pembangunan di Jakarta dinilai kurang rapi lo, teman-teman.
Banyak bangunan di Jakarta yang berdiri tanpa memerhatikan daya serap dan daya tampung hujan.
Akibatnya, sering terjadi banjir di kawasan padat penduduk karena kota Jakarta gagal menyerap dan menampung air hujan.
Memperbaiki Daya Serap dan Daya Tampung Jakarta
Saat sudah tidak menjadi ibu kota, ternyata tidak ada jaminan bahwa Jakarta akan langsung bebas banjir, lo.
Jakarta tidak akan bisa bebas banjir tanpa upaya-upaya bebas banjir.
Diperlukan berbagai upaya perbaikan penyerapan dan penampungan air hujan di Jakarta.
Sistem penyerapan air atau drainase wajib diperbaiki kembali. Sementara itu tempat penampungan air hujan juga perlu ditambah.
Contoh tempat penampungan air hujan adalah sungai, danau, kolam, dan waduk buatan.
Diperkirakan, penduduk Jakarta akan jauh berkurang saat Jakarta tidak menjadi ibu kota Indonesia lagi.
Berkurangnya penduduk Jakarta bisa memudahkan pemerintah saat membenahi kota Jakarta supaya bebas banjir.
Sebagai warga negara yang baik, teman-teman juga wajib untuk menjaga lingkungan agar terbebas dari banjir.
Di sekolah pun, teman-teman juga sudah banyak belajar mengenai menjaga lingkungan.
Menjaga lingkungan bisa dimulai dengan melakukan kegiatan kecil, lok.
Misalnya, tidak membuang sampah di saluran air, misalnya selokan atau sungai.
Teman-teman juga harus mengingatkan orang tua atau kakak untuk membuat aliran resapan air hujan di halaman kalian.
Jakarta telah diperkirakan bisa bebas banjir saat tidak lagi menjadi ibu kota, namun teman-teman juga harus ikut berupaya menjaga lingkungan agar Jakarta bisa lebih cepat bebas banjir, ya!
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | KOMPAS.com,Ikn.go.id |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR