“Kincir air akan digunakan untuk membantu mengairi sawah akibat saluran irigasi yang mengering saat musim kemarau,” jawab Ayah.
“Bagaimana caranya, Ayah?” tanggap Ridwan penasaran.
“Nanti air sungai diambil oleh potongan bambu yang menempel di kincir. Potongan bambu akan terus berputar karena dorongan air sungai. Saat bambu berada di atas, air akan ditumpahkan ke talang untuk diteruskan ke sawah,” jelas Ayah dengan sabar.
Ridwan manggut-manggut mendengarnya.
“Keuntungan penggunaan kincir air ini adalah hemat energi, hemat biaya, dan ramah lingkungan, karena tidak menggunakan listrik,” tambah Ayah.
Sesampainya di sungai, Ridwan melihat sudah banyak warga desa yang berkumpul untuk mengerjakan kincir air.
“Wah, ramai sekali yang mau ikut gotong-royong,” seru Ridwan takjub.
Baca Juga: Contoh Soal dan Pembahasan tentang Perangkat Lunak Pembuat Program Scratch, Materi TIK Kelas 6 SD
Tak lama kemudian, bapak-bapak dan para pemuda desa mulai membuat kerangka kincir. Mereka membagi tugas. Ada yang mengukur panjang bambu dan kayu. Ada yang memotong dengan gergaji. Ada juga yang memaku dan mengikat kerangka kincir. Semua dilakukan secara hati-hati agar kincir seimbang dan berputar pada porosnya dengan sempurna.
Menjelang siang, pekerjaan dihentikan sementara untuk beristirahat. Ibu-ibu desa sudah menyiapkan makanan dan minuman. Walau dengan hidangan sederhana, mereka menikmatinya bersama-sama.
“Hebat ya, Ayah. Membangun kincir air itu termasuk pekerjaan berat, tapi semua jadi terasa ringan dan lebih cepat karena gotong-royong,” kata Ridwan.
“Seperti kata pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Pekerjaan yang berat akan terasa ringan jika dilakukan bersama-sama,” tanggap Ayah.
Source | : | kemendikbud.go.id |
Penulis | : | Thea Arnaiz |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR