Jika massa udara dingin dan kering mendorong massa udara hangat dan lembap, maka akan menghasilkan awan menggelembung penyebab hujan dan petir.
Namun, ketika udara hangat dapat mendorong udara yang lebih dingin, maka akan terjadi hujan gerimis atau kabut.
Awan di Kala Senja
Meskipun awan terdiri dari es dan tetesan air, mereka tidak tampak putih atau transparan seperti air yang biasanya kita lihat.
Ini karena awan terdiri dari miliaran tetesan air yang bertindak seperti manik-manik kaca. Sehingga awan bisa menghamburkan sinar matahari menjadi putih.
Selain itu, awan disebut sebagai reflektor yang baik. Artinya mereka bisa memantulkan cahaya yang muncul saat matahari terbit dan tenggelam.
Dilansir dari National Geographic Indonesia, seorang ahli meteorologi Australia, Adam Morgan mengatakan bahwa ketika terbit dan terbenam, Matahari sedang berada di posisi rendah pada cakrawala.
Baca Juga: Meski Terlihat Ringan, Ternyata Awan Bisa Punya Berat 500.000 Kilogram! Ini Fakta Menariknya
Ketika berada di posisi ini, sinar matahari harus melewati berlapis-lapis atmosfer untuk bisa terlihat oleh mata manusia.
Nah, pada saat sinar matahari menabrak lapisan atmosfer, cahayanya akan terhambur.
Inilah mengapa ketika sampai di mata kita, sinar matahari berwarna kejinggaan atau kuning menuju oranye.
Oleh karena itu, awan bisa merefleksikan warna jingga, merah muda, kuning, atau oranye dari sinar Matahari tersebut.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | livescience |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR