Bobo.id - Teman-teman, tahukah kamu, meskipun terlihat ringan, rata-rata berat awan cumulus di langit bisa mencapai 500.000 kilogram, lo!
Ini merupakan penghitungan rata-rata yang sudah dilakukan oleh para peneliti.
Awan merupakan sebuah benda bermassa (memiliki berat jenis) yang berasal dari kumpulan tetesan air atau kristal air beku.
Awan yang kita lihat di siang hari yang cerah biasanya berwarna putih tipis, namun mengapa awan bisa berubah menjadi kejinggaan atau merah muda ketika senja?
Yuk, cari tahu alasan dan fakta menariknya dari penjelasan berikut!
Bagaimana Cara Awan Terbentuk?
Melansir dari Livescience, awan terbentuk ketika terjadi perubahan uap air dari gas menjadi cair.
Pembentukan awan ini terjadi dari proses yang disebut konveksi, yaitu saat radiasi Matahari memanaskan tanah dan udara, udara hangat menjadi lebih ringan sehingga naik ke atas.
Saat udara naik, suhu akan menurun sehingga jumlah uap air dapat ditampung oleh udara.
Baca Juga: Awan Cumulonumbus Menyebabkan Cuaca Ekstrem, Bagaimana Terbentuknya?
Uap ini kemudian mengembun dan segera menjadi awan, yang terdiri dari miliaran tetesan air kecil atau kristal es yang tidak terhitung jumlahnya.
Awan juga akan terbentuk ketika dua massa udara yang berbeda saling bertabrakan, namun tidak bisa bercampur kecuali suhu dan kadar airnya mirip.
Jika massa udara dingin dan kering mendorong massa udara hangat dan lembap, maka akan menghasilkan awan menggelembung penyebab hujan dan petir.
Namun, ketika udara hangat dapat mendorong udara yang lebih dingin, maka akan terjadi hujan gerimis atau kabut.
Awan di Kala Senja
Meskipun awan terdiri dari es dan tetesan air, mereka tidak tampak putih atau transparan seperti air yang biasanya kita lihat.
Ini karena awan terdiri dari miliaran tetesan air yang bertindak seperti manik-manik kaca. Sehingga awan bisa menghamburkan sinar matahari menjadi putih.
Selain itu, awan disebut sebagai reflektor yang baik. Artinya mereka bisa memantulkan cahaya yang muncul saat matahari terbit dan tenggelam.
Dilansir dari National Geographic Indonesia, seorang ahli meteorologi Australia, Adam Morgan mengatakan bahwa ketika terbit dan terbenam, Matahari sedang berada di posisi rendah pada cakrawala.
Baca Juga: Meski Terlihat Ringan, Ternyata Awan Bisa Punya Berat 500.000 Kilogram! Ini Fakta Menariknya
Ketika berada di posisi ini, sinar matahari harus melewati berlapis-lapis atmosfer untuk bisa terlihat oleh mata manusia.
Nah, pada saat sinar matahari menabrak lapisan atmosfer, cahayanya akan terhambur.
Inilah mengapa ketika sampai di mata kita, sinar matahari berwarna kejinggaan atau kuning menuju oranye.
Oleh karena itu, awan bisa merefleksikan warna jingga, merah muda, kuning, atau oranye dari sinar Matahari tersebut.
Cara Awan Mengapung di Udara
Awan yang kita anggap sebagai gumpalan kapas ringan di udara ternyata memiliki berat yang setara dengan 100 gajah.
Namun, bagaimana mereka bisa tetap mengapung?
Ternyata alasannya karena awan terdiri dari titik titik air yang sangat kecil, sehingga tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi bumi.
Selain itu, karena adanya proses kondensasi, awan bisa mengapung di langit.
Kondensasi adalah proses perubahan air dari gas menjadi cair, atau kita kenal dengan istilah pengembunan.
Selain itu, fakta menariknya adalah awan tidak lebih padat daripada udara kering, sehingga awan lebih mudah mengapung di udara.
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | livescience |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR