Bahkan pada tanggal 25 November 2020 lalu, wajah beliau sempat menghiasi halaman muka mesin pencarian Google.
Pak Tino meninggal pada 29 Desember 1995 dan dimakamkan di Yogyakarta. Meski begitu, ilmunya dapat kita nikmati hingga saat ini karena adanya museum atas namanya.
Kediaman Pak Tino yang sudah ditinggali sejak tahun 1981 di Yogyakarta, perlahan-lahan diubah menjadi museum.
Sebelum menjadi museum, kediamannya dikenal sebagai rumah tetenger, yang dalam bahasa Indonesia berarti rumah penanda untuk memudahkan banyak orang menemukan kediaman Pak Tino.
Rumah Pak Tino dikenal sebagai museum kecil atau Rumah Tetenger sejak tanggal 4 Oktober 2014.
Kemudian oleh Pemerintah direvitalisasi selama 3 tahun yaitu 2015-2017, hingga resmi berdiri sebagai museum seperti saat ini pada tahun 2017 oleh Bapak Muhadjir Effendy, yang kala itu
Revitalisasi adalah proses, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali. Dalam hal ini yaitu menggiatkan kembali museum Tino Sidin menjadi Museum Taman Tino Sidin.
Koleksi dan Fasilitas Menarik Museum Taman Tino Sidin
Bagi teman-teman pembaca Bobo yang tinggal di Yogyakarta dan sekitarnya, atau sedang berlibur ke Yogyakarta, Museum Taman Tino Sidin dapat menjadi salah satu tujuan rekreasi bersama keluarga.
Setelah 20 tahun berkiprah di dunia pengajaran menggambar, ilmu dan cara Pak Tino mengajar anak-anak menggambar tidak boleh dilupakan.
Penglihatan Mulai Buram? Ini 3 Hal yang Bisa Jadi Penyebab Mata Minus pada Anak-Anak
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR