Bobo.id - Kenapa air laut asin? Pertanyaan ini selalu teman-teman pikirkan setiap kali bermain dan berenang di pantai.
Air laut yang tidak sengaja masuk ke mulut jika dirasakan pasti terasa asin. Padahal, ketika berenang di sungai atau danau, rasa airnya biasa saja dan terasa segar.
Bukannya, air dari sungai juga nantinya mengalir ke laut, ya? Jadi, kenapa air laut justru berubah jadi asin?
Untuk mengetahui jawabannya, kita bisa menyimak penjelasannya berikut. Yuk, simak!
Alasan Kenapa Air Laut Asin
1. Kandungan Mineral Terlarut dalam Air Hujan
Seperti yang teman-teman ketahui tentang siklus air atau hidrologi, mulai dari turunnya hujan dari awan ke permukaan Bumi.
Lalu, air dialirkan ke laut melalui sungai serta mengalami penguapan kembali. Air hujan yang turun ke permukaan Bumi, mengandung beberapa karbon dioksida terlarut dari udara di sekitarnya.
Akibatnya, air hujan mengandung zat asam karena adanya asam karbonat yang sifatnya mengikis bebatuan.
Baca Juga: Dari Laut hingga Darat, Ini 5 Hewan Terbesar di Dunia
Sehingga, nantinya air hujan yang jatuh ke permukaan membawa mineral dan garam dalam keadaan terlarut menuju sungai yang aliran airnya berakhir di lautan.
Larutan mineral dan garam sebagian akan dimanfaatkan oleh organisme laut agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Tapi karena hanya sebagian yang digunakan, mineral dan garam tersebut lama-kelamaan terus menumpuk dan konsentrasinya tinggi.
O iya, mineral yang paling banyak dilarutkan oleh air hujan hingga berakhir di laut ini adalah klorida dan natrium.
Jadi, hampir 90 persen bagian air laut mengandung klorida dan natrium, itulah penyebab kenapa air laut jadi asin.
2. Kandungan Mineral yang Berasal dari Dasar Lautan
Air laut selain mengandung mineral dan garam yang berasal dari air hujan yang dialirkan sungai, juga mengandung mineral dan garam yang berasal dari dasar lautan, lo.
Hal ini karena, di dasar lautan ada retakan atau ventilasi hidrotermal yang mengeluarkan panas Bumi dan memanaskan air lautan.
Biasanya, retakan ini letaknya di sekitar area vulkanis bawah laut, yaitu di mana lempeng tektonik bergerak.
Baca Juga: Contoh Soal dan Pembahasan Materi tentang Habitat Makhluk Hidup
Tepatnya di punggung tengah samudra atau rangkaian gunung berapi bawah laut. Dari sanalah mineral terlarut berasal dan menyebabkan air laut jadi asin.
Air laut yang masuk ke dalam celah retakannya jadi panas dan melarutkan mineral. Lalu, air laut tersebut dikeluarkan kembali dari retakan sehingga mengalirkan mineral ke laut.
Proses yang lama dan berulang-ulang ini dapat membuat air laut lama-kelamaan asin karena penumpukan mineral.
Gunung berapi bawah laut yang meletus juga dapat melontarkan sejumlah mineral yang membuat air laut jadi semakin asin.
3. Pengaruh Suhu
Suhu di setiap wilayah berbeda-beda dan juga memengaruhi kadar garam dalam air laut.
Misalnya, di daerah yang lebih panas, maka penguapan air lautnya tinggi. Akibatnya, kadar garam di air laut semakin tinggi dan menyebabkan air laut jadi asin.
Begitu juga sebaliknya, jika suatu wilayah suhunya lebih rendah maka penguapan air lautnya tidak tinggi.
Kandungan garam pada lautnya pun tidak terlalu tinggi. Jadi, kadar keasinan setiap laut di berbagai wilayah bisa berbeda-beda tergantung pada kandungan garamnya.
Baca Juga: Unik, Ternyata Ikan Salmon Lahir di Sungai dan Tumbuh di Laut!
Contohnya, laut di sekitar khatulistiwa dan kutub kadar keasinannya lebih rendah daripada laut yang di sekitar Mediterania atau Laut Tengah.
Bahkan, karena penguapan yang tinggi di sekitar Laut Tengah, danau terbesar di dunia yaitu Laut Kaspia mempunyai kadar garam yang sangat tinggi, lo.
Nah, itulah kenapa air laut asin, mulai dari mineral dan garam terlarut yang dibawa air hujan, hingga pengaruh suhu yang membuat penguapan air laut semakin tinggi.
Kuis! |
Apa itu ventilasi hidrotermal? |
Petunjuk: Cek di halaman 2! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | USGS.gov |
Penulis | : | Thea Arnaiz |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR