Bobo.id - Teman-teman, sudahkah kamu menyiapkan beberapa toples kue kering yang akan disajikan ketika lebaran bulan depan?
Kue kering yang disajikan ketika lebaran sebenarnya merupakan salah satu pengaruh budaya kuliner Eropa, saat masa kolonial Belanda.
Dahulu, sajian lebaran khas Indonesia bukanlah kue kering, lo, melainkan kudapan tradisional seperti rengginang, opak, atau apem.
Di Indonesia, kue kering dikenal saat masa penjajahan Belanda. Ada banyak jenis kue kering yang biasa ditemukan pada saat lebaran, salah satunya kue putri salju.
Nah, jika teman-teman masih bingung membeli kue putri salju, kamu bisa membuatnya sendiri di rumah sambil menunggu waktu berbuka.
Bobo punya rekomendasi resep kue kering untukmu, yaitu Kue Putri Salju Cokelat Berempah. Yuk, simak resepnya!
Resep Kue Putri Salju Cokelat Berempah
Bahan:
75 gram margarin
Baca Juga: Punya Roti Tawar? Bikin Resep Puding Roti Kurma untuk Sahur, yuk!
75 gram mentega asin
75 gram gula tepung
75 gram dark cooking chocolate lelehkan
1 kuning telur
250 gram tepung terigu protein rendah
25 gram cokelat bubuk
1/2 sendok teh baking powder
Bahan Taburan (ayak):
100 gram gula tepung
Baca Juga: Bisa Jadi Pilihan Menu Takjil, Coba Resep Kue Rangi Pandan Nangka Ini, yuk!
1 sendok teh kayumanis bubuk
Cara Membuat Putri Salju Cokelat Berempah:
1. Kocok margarin, mentega asin, dan gula tepung 30 detik. Masukkan dark cooking chocolate. Kocok rata. Tambahkan kuning telur. Kocok rata.
2. Masukkan tepung terigu, cokelat bubuk, dan baking powder sambil diayak dan diaduk rata.
3. Pulung adonan dan bentuk bulan sabit. Letakkan di loyang yang dioles margarin.
4. Oven 20 menit dengan suhu 160 derajat Celsius. Setelah hangat.
5. Gulingkan di bahan taburan dalam kantung plastik.
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Sajian Sedap |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR