Situasi semakin memanas akibat lahirnya dua blok besar, yakni Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat (kapitalis) dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet (komunis).
Kedua negara adidaya itu berlomba untuk mengembangkan senjata nuklir di masa Perang Dingin, sehingga menumbuhkan kekhawatiran akan terjadinya Perang Dunia.
Akibat adanya berbagai masalah internasional yang terjadi pada saat itu, membuat sebagian besar masalah tersebut diderita bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
Gagasan awal KAA
Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon (Sri Lanka), Sir John Kotelawala mengundang para perdana menteri dari Myanmar, India, Indonesia, dan Pakistan untuk mengadakan pertemuan informal pada Konfrensi Kolombo.
Presiden Soekarno menanggapinya dengan menekankan kepada Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo untuk menyampaikan ide diadakannya Konferensi Asia-Afrika pada pertemuan tersebut.
Soekarno menyebut KAA merupakan cita-cita bersama untuk membangun solidaritas Asia Afrika dan telah dilakukan melalui pergerakan nasional melawan penjajahan.
Konferensi Kolombo lalu diadakan pada 28 Apil-2 Mei 1954 untuk membicarakan masalah-masalah kepentingan bersama negara tersebut.
Pada konferensi tersebut, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo mengusulkan perlunya pertemuan lain yang mengundang Negara-negara Afrika dan Asia untuk membicarakan berbagai masalah penting.
Lalu setelahnya, pada 28-29 Desember 1954, pemerintah Indonesia mengundang perdana menteri peserta Konferensi Kolombo di Bogor untuk membicarakan persiapan KAA.
Pertemuan tersebut berhasil merumuskan tentang agenda, tujuan, dan negara-negara yang diundang pada KAA serta menunjuk Bandung menjadi tuan rumah pelaksanaan KAA.
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR