Bobo.id - Mengapa penggunaan pupuk kimia dapat mempengaruhi terjadinya pemanasan global?
Meskipun pupuk dibutuhkan petani agar tanamannya subur dan menghasilkan panen yang unggul.
Namun, pupuk kimia bukannya tidak menyebabkan pencemaran dan memicu pemanasan global, lo.
Pupuk kimia sendiri mulai digunakan sejak 1900an oleh petani di seluruh dunia.
Jadi, teman-teman pasti sudah bisa membayangkan berapa banyak penumpukan nitrogen, yaitu bahan baku utama dalam pupuk kimia di Bumi.
Untuk mengetahui lebih lanjut kenapa penggunaan pupuk kimia dapat menyebabkan pemanasan global, simak penjelasannya berikut ini, yuk!
Penggunaan Pupuk Kimia Memicu Pemanasan Global
1. Pupuk Kimia Melepaskan Gas Rumah Kaca
Nitrogen yang ada di udara tidak bisa diserap oleh tumbuhan begitu saja.
Baca Juga: Keren! Ternyata Bumi Punya Ribuan Pohon yang Belum Ditemukan, Ini Penjelasan Ilmuwan
Karena nitrogen dapat membantu kesuburan tumbuhan, maka ditambahkanlah nitrogen melalui pupuk kimia yang digunakan petani bersama unsur hara lainnya.
Tapi, tidak semua nitrogen akan diserap oleh tumbuhan, sebagian akan mengendap di dalam tanah atau ikut mengalir bersama air.
Akibatnya, nitrogen berikatan dengan oksigen dan membentuk gas dinitrogen oksida.
Pelepasan dinitrogen oksida ke atmosfer inilah yang memicu terjadinya efek gas rumah kaca dan membuat suhu Bumi semakin panas.
Apalagi, gas dinitrogen oksida ini 300 kali lebih kuat, panas, serta berbahaya daripada karbon dioksida.
Awalnya hal ini tidak disadari, tapi setelah diteliti oleh ilmuwan pada 1960an, ternyata peningkatan gas dinitrogen oksida di atmosfer ini disebabkan karena penggunaan pupuk kimia.
Sehingga, pemanasan global pun semakin cepat dan memicu efek rumah kaca.
2. Produksi Pupuk Kimia Melepaskan Karbon Dioksida
Seperti yang teman-teman ketahui, selain gas dinitrogen oksida yang berbahaya, ada gas lain juga yang memicu pemanasan global, yaitu karbon dioksida.
Selain itu, pupuk kimia yang digunakan dalam pertanian juga diproduksi massal dan melepaskan banyak karbon dioksida ke atmosfer.
Sehingga, pemanasan global semakin dipercepat dengan adanya kegiatan industri pupuk kimia.
Karbon dioksida juga memengaruhi efek rumah kaca, karena panas tidak bisa dilepaskan dan memantul kembali ke Bumi.
3. Pupuk Kimia Mengandung Amonia
Pupuk kimia selain mengandung nitrogen, juga mengandung senyawa amonia.
Pembuatan amonia pada pupuk kimia sendiri, bahkan memerlukan banyak energi. Karena harus dibuat dalam suhu tinggi dengan bahan bakar fosil yang mencemari udara.
Kandungan amonia ini bisa larut dalam tanah dan perairan ketika digunakan petani untuk menyuburkan tumbuhan.
Akibatnya, lama-kelamaan tanah akan tercemar dan merusak komposisinya. Perairan juga bisa tercemar dan memengaruhi biota perairan.
Efek rumah kaca pun tidak bisa dihindari lagi dari kegiatan produksi pupuk serta pencemaran di permukaan Bumi.
Baca Juga: Perbedaan Cuaca, Musim, dan Iklim pada Materi Kelas 3 SD Tema 5
4. Produksi Pupuk Kimia Melepaskan Gas Metana
Akibat kegiatan produksi pupuk kimia yang massal, tidak hanya gas karbon dioksida saja yang dilepaskan, tetapi juga gas metana.
Kadar metana yang terlalu tinggi juga dapat menurunkan kadar oksigen yang ada di udara.
Oleh karena itu, terjadilah efek rumah kaca yang dapat memicu pemanasan global dengan ditandai adanya perubahan iklim.
Nah, itulah penjelasannya mengapa penggunaan pupuk kimia dapat mempengaruhi terjadinya pemanasan global.
Oleh karena itu, mulai sekarang petani diarahkan untuk menggunakan pupuk organik yang lebih aman dan murah.
Dengan pupuk organik, tumbuhan tetap tumbuh subur dan tentunya lebih sehat karena tidak menyerap bahan-bahan kimia buatan dari pupuk.
Beberapa jenis pupuk organik yang bisa digunakan adalah pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos, pupuk hayati, serasa, dan pupuk guano.
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Edisi Koleksi Petualangan Pak Janggut Vol. 2 Sudah Bisa Dipesan, Ini Link PO-nya
Source | : | Kompas.com,climate.mit.edu |
Penulis | : | Thea Arnaiz |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR