Ilmuwan spesialis gerhana Fred Espenak dikutip Space mengartikannya sebagai posisi bulan yang berada di titik terdekat dengan bumi sehingga akan terlihat berwarna merah saat puncak gerhana.
Namun, gerhana bulan total juga dapat berwarna jingga kemerahan hingga merah kusam, lo.
Jingga kemerahan berarti debu dan kualitas udara pada lokasi pengamatan yang buruk.
Lalu kalau merah kusam, bagaimana? Ini berarti kualitas pengamatan di lokasi bersih dari debu.
Dikutip USA Today, super blood moon ini berarti bulan akan terlihat 7 persen lebih besar dan 15 persen lebih terang dari biasanya.
Bisakah Dilihat di Indonesia?
Menjadi gerhana bulan total pertama di tahun 2022, ternyata gerhana bulan total ini tidak bisa dilihat di Indonesia, teman-teman.
Baca Juga: Apa Saja Fenomena Astronomi di Mei 2022? Ini 7 di Antaranya
Ini karena saat gerhana bulan total terjadi adalah saat siang hari di Indonesia. Hal ini tidak memungkinkan untuk dapat melihatnya.
Menurut profesor astronomi dan astrofisika dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), gerhana bulan total kali ini cukup terbatas wilayah yang dapat mengamatinya.
Dilansir dari Kompas.com, gerhana bulan total ini hanya bisa diamati di wilayah benua Amerika dan Afrika.
Wilayah lain yang dapat menikmati fenomena GBT yakni Selandia Baru, Eropa Timur dan Timur Tengah.
Hanya saja, wilayah itu hanya bisa menyaksikan gerhana ketika bulan di bawah bayangan penumbra atau daerah yang masih agak terang dan belum sepenuhnya tertutup bayangan bumi.
Namun, jangan khawatir. Untuk teman-teman yang penasaran, teman-teman bisa menyaksikannya secara online di portal situs NASA.
Bertemu Karakter Favorit di Doraemon Jolly Town MARGOCITY, Apa Saja Keseruannya?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR