Bobo.id - Hari ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini cuaca.
Ya, hari ini tepatnya di sore hari menjelang malam, sebagian wilayah Provinsi DKI Jakarta berpotensi hujan yang disertai petir dan angin kencang.
Tidak hanya ibukota, peringatan dini hujan disertai petir dan angin kencang juga dikeluarkan untuk wilayah Depok, Jawa Barat.
Bahkan, di sejumlah wilayah seperti Ciledug, Kota Tangerang sudah mengalami bencana Banjir, teman-teman.
Hal ini disebabkan dua hal, yakni adanya air kiriman dari hulu ke hilir dan debit air yang besar tidak bisa tertampung di Kali Angke.
Sebagian dari teman-teman pasti bertanya-tanya, mengapa hujan masih sering terjadi padahal sudah memasuki musim kemarau.
Ingin tahu alasannya? Simak informasi berikut, yuk!
Penjelasan dari BMKG
Dilansir dari Kompas.com, Deputi Bidang BMKG, Guswanto membenarkan saat ini sebagian besar wilayah sudah memasuki musim kemarau.
Baca Juga: Salah Satu Penyebabnya adalah Sirkulasi Siklonik, Ini Alasan Hujan Turun Meski sedang Musim Kemarau
Namun, hal ini bukan berarti tidak akan ada hujan sama sekali saat musim kemarau ini terjadi.
Meurut Bapak Guswanto, adanya fenomena-fenomena atmosfer bisa memicu terjadinya siklus cuaca yang berdampak pada masih turunnya hujan.
Ada beberapa fenomena atmosfer yang disebutkan berpengaruh terhadap kondisi cuaca yang sering hujan di musim kemarau ini.
Ada fenomena La Nina, fenomena Dipole Mode, Madden Jullian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan BMKG, fenomena La Nina pada bulan Juli diidentifikasi masih cukup aktif dengan kategori lemah.
La Nina adalah fenomena naiknya suhu muka laut di mana bagian tengah Samudera Pasifik mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya.
Akibat fenomena La Nina ini, berpotensi mengurangi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di Indonesia.
Sementara itu fenomena Dipole Mode juga cukup berpengaruh dalam memicu peningkatan curah hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat.
Sedangkan fenomena MJO, gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby ini menjadi fenomena gelombang atmosfer yang aktif.
Baca Juga: Apakah Fenomena Alam La Nina Jadi Penyebab Musim Kemarau Mundur? Ini Kata BMKG
Hal ini berakibat pada meningkatnya aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan skala ragional.
Prediksi Curah Hujan dari BMKG
BMKG pun telah memprediksi prakiraan hujan untuk periode sepekan kedepan, yakni mulai 16 hingga 23 Juli 2022 di beberapa wilayah.
Untuk potensi ringan hingga sedang, ada Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta.
Ada pula DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara.
Sementara itu, BMKG juga memprediksi prakiraan hujan potensi sedang hingga lebat, teman-teman.
Wilayah itu antara lain, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Bapak Guswantto menghimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai terhadap kemungkinan potensi hujan yang bisa menimbulkan bencana.
Bencana hidrometeorologi itu seperti banjir, longsor, hingga banjir bandang, teman-teman.
Baca Juga: Mengapa di Indonesia Masih Sering Turun Hujan Meski Sudah Masuk Musim Kemarau? Ini Penjelasan BMKG
Selain itu, Deputi Bidang BMKG juga menghimbau agar kita tetap waspada terhadap dampak kekeringan.
Kita bisa menyimpan cadangan air selama hujan terjadi, supaya tidak mengalami kekurangan air saat musim kemarau.
----
Kuis! |
Apa saja fenomena yang menyebabkan masih terjadi hujan saat musim kemarau? |
Petunjuk: cek di halaman 2! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR