Bobo.id - Saat menulis menggunakan Bahasa Indonesia, kita harus menggunakan bahasa yang sesuai EYD (Ejaan yang Disempurnakan).
Namun, pada tahun 2015 saat meluncurkan EYD edisi IV, penyebutan EYD diubah menjadi PUEBI atau Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Pada Kamis (18/08/2022) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kemendikbud Ristek, meluncurkan secara resmi EYD edisi V.
Peluncuran ini sekaligus mengubah kembali penyebutan PUEBI ke asalnya, yaitu EYD.
Dilansir dari Kompas.com, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E. Aminudin Aziz menjelaskan perubahan ini dilakukan karena sebutan "EYD" sudah ada sejak lama dan melekat pada masyarakat.
"Berdasarkan berbagai pertimbangan karena orang sudah begitu melekat mendengar istilah EYD itu, sudah tahu apa yang dimaksud, maka kita kembali ke nama EYD,” ujar Pak E. Aminudin Aziz, di Kantor Badan Bahasa, Jakarta (18/08/2011).
Jika dihubungkan dengan sejarahnya, peluncuran EYD edisi V ini bersamaan dengan 50 tahun penetapan EYD edisi I, yaitu 16 Agustus 1972.
Kemudian, berubah menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan edisi II pada 1987 dan edisi III tahun 2009.
Selanjutnya, berkembang lagi menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan edisi IV pada 2015.
Perkembangan terus berlangsung hingga pemberlakuan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) edisi IV pada 2015.
“Kalau kita cek kepada para pengguna bahasa, seberapa kenal dengan PUEBI, maka orang akan lebih mengenal istilah EYD ketimbang PUEBI,” kata Aminudin.
Baca Juga: Apa Bedanya Penulisan Rupiah 'IDR' dan 'Rp'? Ini Penjelasannya
Terdapat tujuh perubahan penting pada edisi V ini, yaitu:
1. Penambahan kaidah baru
2. Perubahan kaidah yang telah ada
3. Perubahan redaksi
4. Pemindahan kaidah
5. Penghapusan kaidah
6. Perubahan contoh
7. Perubahan tata cara penyajian isi
Dilihat dari persentase secara keseluruhan, perubahan yang terjadi dalam edisi terbaru ini lebih dari 50 persen.
Untuk menggunakan EYD edisi V ini, kita bisa akses langsung di laman ejaan.kemdikbud.go.id.
Cara Menulis Huruf Kapital pada Judul sesuai EYD
Baca Juga: Fungsi dari Kalimat Pengembang dalam Suatu Paragraf dan Bacaan
1. Kata Ulang Berubah Bunyi
Gunakanlah huruf kecil dalam judul pada kata ulang berubah bunyi. Contoh kata ulang berubah bunyi adalah Kalang-kabut, Sayur-mayur, Serba-serbi, Padu-padan, dan sebagainya.
Contoh:
Cerita Ibu Pulang Membawa Sayur-mayur
2. Kata Ulang Berimbuhan
Gunakanlah huruf kecil dalam judul jika itu merupakan kata ulang berimbuhan. Contoh kata ulang berimbuhan: Bahu-membahu, Tarik-menarik, dan Sapa-menyapa.
Namun, tetap gunakan huruf kapital dalam judul jika itu kata ulang utuh. Contoh kata ulang utuh: Undang-Undang, Anak-Anak, Ibu-Ibu, dan sebagainya.
Contoh:
- Siswa SD Harapan Pagi Bahu-membahu Membersihkan Sekolah
- Isi Undang-Undang Dasar 1945
3. Kata yang Bersifat Partikel
Huruf pertama kata yang bersifat partikel ditulis dengan huruf kecil kecuali pada awal kalimat.
Baca Juga: Mengenal Pengertian dan Unsur dari Teks Deskripsi
Apa Saja Kata yang Bersifat Partikel?
Berikut ini adalah kata-kata yang tergolong partikel, bersumber dari Kompas.com:
- Kata depan atau disebut juga preposisi: di, ke, dari, pada, dalam, yaitu, kepada, daripada, untuk, bagi, ala, bak, tentang, mengenai, sebab, secara, terhadap, di, ke, dari, dalam, atas, oleh, kepada, terhadap, akan, dengan, tentang, dan sampai.
- Konjungsi atau disebut juga kata penghubung: dan, serta, atau, tapi, tetapi, namun, melainkan, padahal, sedangkan, yang, agar, supaya, biar, biarpun, jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala, sejak, semenjak, sedari, sewaktu, tatkala, ketika, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum sehabis, selesai, seusai, hingga, sampai, andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya, biar(pun), walau(pun), sekalipun, sungguh(pun), kendati(pun), seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih, sebab, karena, oleh karena, oleh sebab, sehingga, sampai, dan maka(nya)
- Interjeksi atau disebut juga kata seruan: dong, sih, wow, yuk, dan lho.
- Artikula atau disebut juga kata sandang: para, si, dan sih.
- Partikel lain seperti: pun dan per.
Contoh:
Oki dan Felip Berlarian di Halaman Istana Negeri Dongeng
Baca Juga: Pengertian dan Cara Menambah Kosakata, Materi Bahasa Indonesia Kelas 3 SD
(Penulis: Erwin Hutapea, Iveta Rahmalia)
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR