Bobo.id - Perlindungan satwa langka di Indonesia telah diatur dalam peraturan yang bersifat hukum.
Adapun beberapa sumber hukum yang mengatur tentang perlindungan hewan langka.
- Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, melindungi hak-hak terhadap hewan langka dan alam.
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 19 Tahun 2015 tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa liar.
- Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa melindungi kelestarian tumbuhan dan satwa.
Berlandaskan sumber hukum di atas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatur beberapa jenis atau spesies tumbuhan dan satwa yang harus dilindungi.
Adapun uraian tentang jenis tumbuhan dan satwa dilindungi di Indonesia telah tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.
Kali ini, Bobo akan mengajak kamu mengenal 10 jenis burung yang masuk ke dalam kelompok satwa dilindungi menurut MENLHK. Yuk, simak!
Elang Alap Cokelat (Accipiter fasciatus) merupakan jenis burung pemangsa dari genus Accipiter.
Ukuran tubuh elang ini mencapai 55 sentimeter, dengan berat tubuh burung jantan sekitar 250-400 gram, sementara betina sekitar 440-740 gram.
Burung elang alap cokelat ini mempunyai bulu cokelat kemerahan di sekitar kaki, mata berwarna merah, dan burung betina punya motif garis di tubuhnya.
Baca Juga: Apa yang Akan Terjadi Jika Ada Hewan yang Punah? Ini Penjelasannya
Burung ini tersebar di wilayah Indonesia bagian timur, seperti pulau Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua.
Rajawali Totol (Clanga clanga) adalah jenis burung rajawali yang tersebar dari Eropa hingga Asia. Di Indonesia, burung rajawali totol ditemukan di sekitar wilayah Sumatra.
Tubuhnya mempunyai panjang sekitar 62-74 sentimeter, dengan bulu gelap pucat, dan punya bintik putih di bagian sayap atas.
Hewan ini dilindungi karena IUCN telah memberikan status konservasi dalam posisi rentan dan akan terancam punah jika tidak dilindungi.
Burring cerecet jawa (Psaltria exilis) adalah jenis burung pemakan serangga kecil, seperti kutu loncat dan laba-laba.
Mereka tinggal di hutan pegunungan, pohon cemara, tepi hutan, dan perkebunan yang mempunyai ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.
Sebagai burung berukuran kecil, panjang tubuh cerecet jawa hanya sekitar 8 sentimeter, bahkan disebut sebagai burung terkecil di Jawa.
Telur burung ini berwarna putih dengan bintik merah. Sekali bertelur, mereka dapat mengeluarkan 2-3 butir sekitar bulan Maret-Mei atau Agustus-November.
Itik gunung (Salvadorina waigiuensis) merupakan kelompok Aves yang bentuknya seperti bebek berukuran kecil.
Hewan ini merupakan spesies bebek endemik di pegunungan New Guinea dan Papua.
Berdasarkan data dari IUCN, populasi itik gunung di alam liar diperkirakan sebanyak 2.500 sampai 20.000 burung.
Baca Juga: Bagaimana Upaya untuk Melestarikan Hewan? Ini 5 Upaya yang Bisa Dilakukan
Dengan data tersebut, IUCN mencatat spesies ini sebagai burung yang rentan terancam punah, sehingga harus dilindungi keberadaannya.
Burung walet raksasa (Hydrochous gigas) biasanya ditemukan di daerah sekitar pantai atau laut.
Ciri tubuhnya yaitu sayap meruncing, ekor panjang, bulu berwarna hitam atau gelap, dengan bagian bawah berwarna cokelat.
Burung walet hanya ditemui di lingkup Asia Tenggara burung walet banyak sekali dijumpai di Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina Kamboja, dan Laos.
Menurut BirdLife International, burung walet raksasa sudah berada di kategori terancam punah, sehingga wajib untuk dilindungi.
Burung bambangan rimba (Zonerodius heliosylus) merupakan burung khas dari Papua.
IUCN (International Union for Conservation of Nature) menetapkan spesies ini ke dalam kategori satwa hampir terancam punah.
Menurut BirdLife International, populasi burung bambangan rimba sekitar 1.500-7.000 di alam liar, dan terus menurun.
Burung kangkareng sulawesi (Rhabdotorrhinus exarhatus) merupakan burung endemik dari Sulawesi, Indonesia.
Panjang tubuhnya sekitar 45 sentimeter, jantan mempunyai wajah berwarna kuning, sementara betina bulunya serba hitam.
Menurut daftar merah IUCN, burung kangkareng sulawesi ini sudah termasuk satwa rentan terancam punah, sehingga harus dilindungi.
Baca Juga: Mengapa Hewan Langka Harus Dilindungi? Ini Alasan dan Manfaatnya
Burung kakatua putih (Cacatua alba) merupakan spesies kakatua yang hanya dapat ditemukan di Indonesia.
Termasuk jenis burung besar, ukuran tubuh burung kakatua putih mencapai 46 sentimeter, dengan berat tubuh sekitar 550 gram.
Seperti namanya, seluruh bulu pada burung kakatua ini berwarna putih, kecuali bagian jambulnya, kadang juga ada yang berwarna kuning.
Burung ini mudah ditemukan di Maluku Utara seperti Halmahera, Ternate, Tidore, Kasiruta, dan sebagainya.
Berdasarkan data IUCN, kakatua putih dievaluasikan sebagai Rentan dan sudah termasuk satwa dilindungi menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Burung kasuari gelambir ganda (Casuarius casuarius) mempunyai tanduk yang tinggi berwarna kecoklatan di atas kepalanya.
Burung ini tersebar di hutan hujan Australia, Irian, dan pulau Seram di Maluku, Indonesia.
Burung kasuari gelambir ganda mempunyai tinggi sekitar 170 sentimeter, tubuh berwarna hitam, leher berwarna biru, dan dua buah gelambir merah di lehernya.
Menurut data IUCN, burung kasuari gelambir ganda termasuk kategori berisiko rendah (least concern).
Burung cenderawasih loria (Cnemophilus loriae) adalah spesies burung cenderawasih yang ditemukan di dataran tinggi New Guinea.
Habitat alaminya di hutan lembap subtropis atau hutan pegunungan subtropis dan tropis.
Menurut IUCN, spesies burung ini sudah termasuk dalam kategori berisiko rendah, sehingga harus dilindungi.
---
Kuis! |
Di mana kita dapat menemukan habitat asli rajawali totol? |
Petunjuk: Cek halaman 2! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR