Bobo.id - Susu adalah minuman kaya gizi yang umumnya didapatkan dari sapi.
Kebanyakan susu sapi dihasilkan dengan memerah dari sapi yang berwarna hitam dan putih, yang kita kenal dengan sapi perah.
Namun, jenis sapi juga bermacam-macam, teman-teman. Ada sapi berwarna coklat, hitam, coklat-putih, hitam-putih, putih, dan sebagainya.
Lalu, apakah sapi biasa yang berwarna coklat bisa menghasilkan susu melimpah? Yuk, ketahui jawabannya!
Sapi adalah Mamalia
Pada dasarnya, semua sapi betina bisa menghasilkan cucu, apapun jenis dan warnanya, termasuk sapi coklat.
Karena sapi adalah hewan menyusui dan berkembang biak dgn cara vivipar (melahirkan). Hewan mamalia memiliki kelenjar susu yang digunakan untuk menyusui anaknya.
Lalu, kenapa sapi penghasil susu yang populer adalah sapi hitam-putih atau sapi perah Jawabannya adalah ada pada genetik sapi.
Genetik adalah pewarisan sifat dari induk makhluk hidup yang mengatur sifat-sifat tampak pada makhluk hidup.
Dulunya, sapi adalah hewan liar yang tersebar di daratan Eropa dan Asia. Kemudian, sapi mengalami domestikasi, yaitu mulai dijinakkan dan dipelihara oleh manusia
Domestikasi sapi sebagai hewan ternak dimulai 8.000-10.000 tahun yang lalu.
Baca Juga: Cara Kerja Organ Pernapasan pada Sapi dan Bagian-bagiannya
Sapi adalah keturunan auroch (Bos primigenius) dari Afrika.
Nah, karena menyebar di seluruh dunia, sapi mengalami pembagian jenis-jenis sebagai hasil adaptasi.
Sapi yang ada di wilayah panas dan tropis umumnya adalah sapi yang memiliki otot yang banyak, sehingga bisa menghasilkan daging yang melimpah.
Sedangkan sapi yang ada di wilayah sejuk dan dingin umumnya adalah sapi yang memiliki cadangan lemak yang banyak dan mudah menghasilkan susu.
Sapi Holstein
Nah, dari sinilah ditemukan sapi perah. Sapi perah atau sapi holstein atau frisia merupakan salah satu jenis sapi yang dikenal bisa memproduksi susu melimpah.
Sapi ini berasal dari negara beriklim dingin, yakni dari Eropa. Sapi holstein dikembangbiakkan di daerah yang sekarang menjadi Provinsi Holland Utara dan Friesland, Belanda.
Nutrisi yang diterima sapi perah berupa rumput kemudian diubah menjadi susu oleh empat kelenjar susu oleh setelah sekitar 2 atau 3 hari.
Setelah nutrisi berubah menjadi susu, sapi-sapi itu kemudian siap untuk menghasilkan susu.
Sapi akan menghasilkan susu saat mereka hamil dan setelah melahirkan.
Sapi perah akan menghasilkan susu selama 10 bulan lamanya, hingga mereka tidak memproduksi susu lagi.
Baca Juga: Saluran Pencernaan Sapi, Ini Penjelasan 6 Organ Pencernaan dan 4 Bagian Perut Sapi
Perbedaan Sapi Perah dan Sapi Biasa
Berdasarkan uraian di atas, perbedaan sapi perah dan sapi biasa adalah tujuan sapi diternakkan.
Sapi perah diambil susunya, sedangkan sapi biasa akan diambil dagingnya, termasuk sapi coklat.
Sebenarnya, Indonesia bukanlah habitat yang baik bagi sapi perah, lo! Sebab Indonesia adalah negara beriklim tropis.
Sapi perah yang ada di Indonesia adalah anakan dari induk-induk sapi yang dulu didatangkan dari benua Eropa.
Dalam memelihara sapi perah pun kita harus menjaga suhu kandang agar tetap sejuk supaya sapi perah tidak stres.
Hewan Penghasil Susu
Teman-teman sudah tahu bahwa pada dasarnya semua sapi bisa menghasilkan susu, termasuk sapi coklat.
Namun, karena sapi coklat tidak menghasilkan susu sebanyak sapi perah, maka kita jarang sekali mengonsumsi susu yang diperoleh dari sapi coklat.
Selain sapi, hewan pengasil susu lainnya adalah kambing dan domba.
Manfaat susu kambing dan domba ini juga tak kalah dari susu sapi, lo.
Apakah teman-teman pernah mencoba susu selain susu sapi perah?
Baca Juga: Apa Persamaan dan Perbedaan Sistem Pencernaan Sapi dengan Sistem Pencernaan Manusia?
----
Kuis! |
Kapan domestikasi sapi dimulai? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan dunia satwa? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo dan Mombi SD.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Bobo Funfair Digelar di Semarang, Bisa Ketemu Bobo Sekaligus Wisata Kuliner Nusantara
Source | : | pertanian.go.id,IPB University,Undip.ac.id |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR