“Putriku sudah pergi ke puncak gunung Fuji. Kami tak bisa menahannya,” kata Kakek Fujimoto sambil menangis.
Raja Muda sangat sedih.
“Kek, tolong antarkan aku ke gunung Fuji,” kata Raja Muda.
“Tapi Yang Mulia, perjalanan ke sana pasti sangat berat. Apalagi, di puncak gunung Fuji ada salju yang sangat dingin.”
Raja Muda tetap bertekad untuk bertemu Putri Bambu. Perjalanan menuju puncak gunung sangat sulit. Beberapa kali mereka beristirahat. Raja Muda tak mau menyerah. Namun di perhentian yang kelima, Kakek Fujimoto kelelahan dan tak bisa melanjutkan perjalanan.
Raja Muda melepaskan mahkota di kepalanya, dan meletakkannya di atas sebuah batu. Ia lalu mendaki ke puncak gunung sendirian. Saat hari mulai gelap, Raja Muda akhirnya tiba di puncak, dan di sana ternyata terdapat sebuah gua.
Putri Bambu keluar dari gua dan menyambut Raja Muda. Cahaya wajahnya bagai cahaya bulan yang terang dan sejuk. Ya, sebab dia adalah Putri Bulan.
“Kalau kau memang ingin bersamaku, tinggallah di istanaku di dalam gua. Aku harus tetap berada di puncak gunung ini, sebab aku adalah Putri Bulan,”
Raja Muda mengangguk dan tetap terpukau pada kecantikan sang putri yang bercahaya indah bagai lukisan. Ia pun mengikuti Putri Bulan masuk ke dalam gua. Dan sejak itu, tak ada orang pernah melihat Raja Muda lagi.
Kakek Fujimoto kembali ke desanya dan menceritakan kisah ini pada penduduk desa. Kisah tentang Putri Bambu dan Raja Muda. Kisah itu masih sering diceritakan sampai saat ini.
Baca Juga: Dongeng Anak: Payung untuk Torto #MendongenguntukCerdas
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR