Bobo.id - Apakah teman-teman pernah ikut lomba antarsekolah? Kalau pernah, lomba apa yang kamu ikuti?
Biasanya lomba yang diadakan bisa diikuti secara individu atau berkelompok.
Kali ini Bobo akan memberikan cerpen anak tentang Rudi dan Runi yang akan mengikuti lomba hias sepeda berkelompok.
Sayangnya Rudi dan Runi ternyata belum bisa mengendarai sepeda roda dua!
Bagaimana kelanjutannya? Simak ceritanya di sini, ya!
Sepeda Berwarna Perak
Cerita oleh: Sylvana Hamaring Toemon.
Pada hari Senin yang cerah ini, anak-anak di sekolah Runi dan Rudi berkumpul di lapangan. Mereka sedang mengikuti upacara. Upacara itu berlangsung khidmat sampai adanya pengumuman dari Kepala Sekolah.
“Sekolah kita akan mengikuti lomba antar sekolah. Setiap anak boleh memilih ikut lomba yang mana. Ada yang berkelompok, ada juga yang perorangan. Informasinya dapat kalian lihat di papan pengumuman sekolah,” kata Pak Kepala Sekolah.
Anak-anak itu langsung berbisik-bisik. Hampir semua anak ingin mengikuti lomba yang akan diadakan menjelang liburan kenaikan kelas itu. Walaupun masih berbulan-bulan lagi, mereka sudah sangat bersemangat.
Saat upacara dibubarkan, anak-anak itu langsung berkumpul di depan papan pengumuman. Ada beberapa macam lomba. Ada lomba sepeda hias, gerak jalan, atletik, menghias tumpeng, menulis cerita pendek, menyanyi, dan lain-lain. Ada juga pertandingan sepak bola, basket, dan voli.
Baca Juga: Cerpen Anak: Kotak Hitam Misterius #MendongenguntukCerdas
“Bagaimana kalau kita ikut lomba menghias tumpeng?” usul Salsa.
“Hmmm,” gumam Runi ragu. Ia masih ingat tahun lalu ia pernah ikut lomba menghias tumpeng. Tim mereka tidak berhasil menang karena makanan yang seharusnya menjadi penghias tumpeng dimakan oleh Runi.
“Kalau aku, sih, inginnya ikut lomba menyanyi,” ujar Naura yang memang suka menyanyi dan bercita-cita menjadi penyanyi.
“Lihat! Lomba menghias sepeda boleh berkelompok. Kita berkelompok aja, yuk,” ajak Nia.
Runi langsung bersemangat mendengarnya, apalagi saat melihat gambar-gambar sepeda hias warna-warni itu. “Aku mau!” pekiknya.
Anak-anak lain pun bersemangat untuk ikut lomba sepeda hias. Mereka segera membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang. Runi dan Rudi bergabung dengan sahabat-sahabat mereka, yaitu Naura, Keyla, Nia, Salsa, Bayu, dan Amir.
“Kelompok kita sama seperti waktu membuat ide wirausaha di sekolah,” kata Amir.
“O iya, benar. Kali ini kita pasti makin kompak,” tanggap Runi riang.
Anak-anak itu bertambah semangat. Dengan riang mereka melompat-lompat membayangkan kekompakan mereka mengendarai sepeda hias warna-warni. Hanya Rudi yang diam termenung.
“Run! Runi!” panggil Rudi sambil mencolek saudara kembarnya itu. “Ssst… Kita, kan, belum bisa mengendarai sepeda,” bisik Rudi.
Runi langsung terdiam mendengarnya. Memang benar mereka berdua belum bisa mengendarai sepeda roda dua. Mereka hanya bisa mengendarai sepeda roda 3 yang biasanya untuk anak-anak balita. Runi dan Rudi tidak punya kesempatan belajar sepeda karena tidak ada tempat belajarnya. Dahulu mereka tinggal di apartemen di gedung yang tinggi. Taman di bagian bawah gedung itu dapat digunakan untuk berjalan kaki, namun tidak untuk bermain sepeda. Mereka berdua juga tidak memiliki sepeda.
Baca Juga: Cerpen Anak: Cita-Cita Penyanyi #MendongenguntukCerdas
“Kriiing!” terdengar bel berbunyi nyaring. Anak-anak berlarian masuk ke dalam kelas mereka untuk belajar.
Setiba di rumah, Runi masih memikirkan tentang lomba sepeda hias. Runi menjadi tidak bernafsu makan. Bu Dini sampai heran melihat anaknya.
“Ada apa, Runi? Kamu sedang memikirkan apa?” tanya Bu Dini lembut.
Runi segera bercerita tentang lomba sepeda yang ingin diikutinya bersama teman-teman. Rudi menambahi cerita itu sampai Bu Dini mengerti.
“Ooo… begitu. Sekarang ini kalian bisa belajar sepeda di halaman. Halaman rumah ini luas sekali, jalan setapaknya pun mulus. Nanti setelah makan, kita pilih-pilih sepeda, yuk. Mama akan membelikan kalian sepeda. Kalian boleh memilih sebuah sepeda untuk digunakan bersama,” ucap Bu Dini.
“Horeee!” seru Runi dan Rudi serempak.
Setelah makan, kedua anak itu segera mengambil komputer tablet. Dengan didampingi Bu Dini, mereka melihat-lihat aneka sepeda dari situs belanja daring. Runi menunjuk sebuah sepeda dengan keranjang cantik. Sepeda itu bergambar buah-buahan.
“Runi, sepeda ini, kan, buat kita bersama. Aku enggak mau yang itu. Masa keranjangnya ada pitanya,” ujar Rudi tak setuju.
Setelah berdebat cukup lama, akhirnya mereka sepakat untuk memilih sebuah sepeda berwarna perak mengkilap. Sepeda itu ukurannya pas untuk anak seusia Runi dan Rudi. Runi dan Rudi sama-sama menyukainya. Dalam hati kedua anak itu berdoa ingin memiliki sepeda masing-masing. Apakah keinginan mereka akan terkabul?
Runi dan Rudi tak sabar menantikan sepeda berwarna perak yang dipesan beberapa hari yang lalu. Sepeda itu akan menjadi milik mereka bersama. Sepeda itu juga akan menjadi sepeda pertama mereka. Sebelum sepeda mereka datang, Amir meminjamkan sepeda tuanya untuk Runi dan Rudi berlatih. Sore itu, Amir datang dengan sepedanya.
“Begini caranya… Setelah duduk, letakkan kaki di pedal, kemudian genjot,” ujar Amir sambil memberi contoh. Srrr… Amir meluncur santai di atas sepedanya.
Baca Juga: Cerpen Anak: Pikir Dahulu Akibatnya #MendongenguntukCerdas
“Kelihatannya mudah. Aku sudah tak sabar untuk berlatih dengan sepeda baru,” sahut Runi.
Runi malas berlatih menggunakan sepeda hitam yang banyak goresan itu. Runi kemudian meninggalkan Rudi dan Amir yang berlatih di halaman. Sementara Rudi berlatih sepeda dengan tekun. Berkali-kali ia jatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan, namun Rudi kembali bangkit. Rudi sampai tak sadar kaki dan tangannya lecet-lecet. Ia tak merasakannya karena sangat bersemangat berlatih sepeda. Setelah 2 jam berlatih, Rudi sudah bisa mengemudikan sepeda.
Hari demi hari berlalu. Sepeda pesanan Runi dan Rudi belum kunjung datang. Menurut Bu Dini, sepeda itu langsung didatangkan dari pabriknya di kota lain. Perlu waktu lebih dari seminggu untuk mengirimkannya.
“Runi, Rudi,” panggil Bu Dini, “hari ini sepeda kalian akan dikirimkan ke rumah,” lanjutnya.
Kedua anak kembar itu bersorak girang mendengarnya. Runi dan Rudi bergantian mengintip keluar pagar saat mendengar bunyi kendaraan. Sampai akhirnya ada sebuah mobil boks bergambar sepeda berhenti di depan rumah mereka. Runi dan Rudi langsung berlari mendekati mobil itu.
“Kalian tunggu di halaman, ya,” pinta Bu Dini.
Terlihat 2 orang membuka pintu belakang mobil boks. Mereka membawa keluar 2 buah sepeda kemudian meletakkannya di depan Runi dan Rudi. Kedua sepeda itu mirip sekali bentuknya. Bedanya, di salah satu sepeda ada keranjangnya dengan hiasan berbentuk pita.
“Ini sepeda kalian,” kata salah seorang pria itu.
“Eh, terima kasih… Hmmm, maaf, ka ka mi pesannya cuma sa sa satu sepeda,” ucap Rudi terbata-bata. Sementara Runi melongo memandang kedua sepeda yang mengkilap itu.
“Mama memang membeli 2 sepeda untuk kalian masing-masing satu,” ujar Bu Dini.
Kedua anak itu langsung bersorak gembira kemudian mengucapkan terima kasih kepada ibunya. Kedua anak itu sudah berada di dekat sepeda masing-masing saat mobil boks meninggalkan rumah mereka. Runi tentu saja memilih sepeda yang ada keranjangnya.
Baca Juga: Cerpen Anak: Kapten Wandi #MendongenguntukCerdas
Srrrr… Rudi meluncur dengan sepedanya di jalan setapak. Rudi sudah bisa mengemudikan sepeda dengan baik. Melihat itu, Runi tak mau kalah. Ia pun mencoba menggenjot pedal sepeda barunya. Sepeda Runi berjalan dengan pelan, bergoyang ke kiri dan ke kanan, kemudian jatuh.
“Aw! Aku jatuh!” teriak Runi kesakitan.
Rudi segera membantu Runi yang tertimpa sepeda. Lutut Runi lecet, wajahnya meringis.
“Aku pikir mengendarai sepeda itu mudah,” ujar Runi.
“Pasti karena kamu melihat Amir, ya? Buat yang sudah bisa, mengendarai sepeda memang mudah,” ucap Rudi.
“Lihat, sepedaku tergores. Seharusnya aku belajar dulu, ya,” sesal Runi.
“Yang penting kamu tidak tergores sebanyak aku. Ayo coba lagi,” hibur Rudi sambil menunjukkan lecet-lecet di lututnya yang mulai mengering.
Runi pun kembali mencoba menaiki sepedanya. Setiap kali sepedanya oleng, Runi menghentikan sepedanya. Beberapa kali Runi terjatuh dan nyaris putus asa. Rudi terus memberi semangat sampai akhirnya Runi pun bisa.
Hari-hari berikutnya, Runi dan Rudi giat berlatih mengendarai sepeda. Saat libur, mereka boleh bersepeda di taman kota. Di sana, mereka bertemu dengan teman-teman lain yang juga mengendarai sepeda. Walaupun lomba sepeda hias masih lama, Runi dan Rudi sangat giat berlatih. Mereka juga merencanakan hiasan buat lomba sepeda hias.
Baca Juga: Cerpen Anak: Kipas Cendana Sangiang Madada #MendongenguntukCerdas
#MendongenguntukCerdas
Tonton video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR