"Bagiku, entah dia anak udik, entah itu anak metropolitan, yang penting dia mengundangku panen duku! Asyik, kan?"
Panen duku? Kontan saja mereka berteriak, "Aku ikut! Aku ikut!" Huh, kompaknya kalau soal makan.
"Apa kalian tidak malu meminta makanan pada anak udik?" Mira menantang.
"lya, deh... diralat," kata Sisil.
"Sri bukan anak udik. Tapi, ia sahabat kita yang baik hati, oke?”
"Oke,” jawab mereka serempak disusul gelak tawa.
Mira geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka. Tak lama kemudian bel berdentang. Mereka masuk kelas dan memulai pelajaran. Ketika berjalan pulang sekolah, Mira membaca surat itu. Sesekali, ia tersenyum kecil. Bangga rasanya.
Hai.... Mira...Masih ingat aku? Sri dari Desa Pagergunung, RT 05/ I. Anak Pak Partono, tukang andong. Kapan main lagi ke rumahku? Masih ingat, kita berkenalan beberapa bulan lalu di pasar desa? Waktu itu kau mau ke rumah nenekmu di Desa Meranti. Kita naik andong ayahku, kau bertanya dalam bahasa Jawa. ‘Sakniki musim napa nggih?’ (Sekarang musim apa ya?) Ha, pintar juga anak Jakarta ini berbahasa daerah. Tapi kalau ingat caramu mengucapkan, aku jadi geli. Pertanyaan itu sampai sekarang masih kuingat. O ya, pohon duku yang kautanyakan dulu itu sudah berbuah. Tapi, sekarang belum enak. Kata Ayah, 3 minggu lagi akan dipetik. Mau nggak kau ke sini lagi. Kau boleh makan sepuas-puasnya dan boleh membawa pulang. Ayahku punya 8 pohon duku. Nenek punya banyak. Tapi jauh di gunung sana.
Jangan lupa kirim surat dulu. Kapan tanggalnya dan jam berapa sampai di pasar. Nanti biar aku ajak Ayah menjemputmu di pasar. Soalnya, kalau lagi musim buah, andong Ayah dipakai untuk mengangkut buah-buahan. Jadi aku harus bilang dulu pada Ayah kalau mau menjemputmu. O ya, kata Ayah, buah duku di kota mahal, ya? Berapa sekilonya? Kalau di sini Rp 250,00
Empat kali empat enam belas, sempat tidak sempat harus dibalas. Oya, jangan lupa janjimu dulu. Katanya kau akan memberi aku krayon! Jangan lupa, Io! Bohong dosa!
"Tiga minggu lagi adalah hari libur," kata Mira sambil melipat surat itu dan memasukkannya dalam tas. "Aku akan ke rumah Nenek di kampung. Lalu, main ke rumah Sri."
Baca Juga: Sama-Sama Dongeng, Apa Perbedaan Legenda dan Mite? #MendongenguntukCerdas
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR