Bobo.id - Teman-teman, tahukah kamu bahwa ada beberapa hewan yang dikatakan mirip dengan manusia?
Sebagian besar orang beranggapan bahwa hewan yang paling mirip dengan manusia yaitu primata besar, seperti monyet dan gorila.
Padahal, hewan-hewan yang tinggal di laut juga memiliki kesamaan dengan manusia, lo. Contohnya, lumba-lumba dan paus.
Dilansir dari Science Alert, penelitian baru menemukan bahwa lumba-lumba dan paus mempunyai kehidupan sosial yang mirip dengan manusia.
Apa bukti bahwa lumba-lumba dan paus punya kesamaan dengan manusia? Yuk, cari tahu fakta menariknya!
Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sama seperti manusia, mamalia laut seperti lumba-lumba dan paus merupakan hewan yang melakukan hubungan sosial.
Mereka hidup berkelompok, membangun hubungan yang baik dengan sesamanya, menggunakan dialek untuk berkomunikasi, dan sering mengobrol.
Lumba-lumba dan paus, sebagai bagian dari ordo Cetacea, dapat melakukan hal tersebut karena otak mereka yang cerdas.
Kemampuan sosiak lumba-lumba dan paus sudah dibuktikan oleh tim ilmuwan internasional.
Baca Juga: Sudah Populer Sejak Abad 16, Ini Asal-usul Gudeg Khas Yogyakarta
Penelitian Ilmuwan
Studi penelitian yang melibatkan 90 spesies lumba-lumba dan paus ini bertujuan untuk menghubungkan perilaku sosial dengan ukuran otak hewan Cetacea.
Susanne Shultz, dari University of Manchester di Inggris menjelaskan bahwa manusia mampu berinteraksi dan membina hubungan sosial yang baik.
Dengan kemampuan interaksi sosial tersebut, manusia dapat menjelajahi berbagai daerah di dunia.
Paus dan lumba-lumba yang dikenal dengan otak berukuran besar dan cerdas dianggap mampu berinteraksi sosial seperti manusia.
Para peneliti menemukan ada daftar kesamaan perilaku manusia dengan perilaku lumba-lumba dan paus.
Contoh kesamaannya yaitu lumba-lumba dan paus dapat bekerja sama, saling mengajar cara berburu, serta berburu secara kooperatif.
Ordo Cetacea juga dikenal sering menggunakan vokalisasi yang hanya dapat dipahami oleh sesamanya, sama seperti manusia yang berkomunikasi dengan bahasa daerah atau dialek.
Ini merupakan bukti bahwa hewan juga mengembangkan otak dan kemampuannya untuk menghadapi perubahan lingkungan.
Cara Lumba-Lumba Berkomunikasi
Menurut Sara Waller, seorang peneliti yang mempelajari lumba-lumba di pantai California, lumba-lumba mulai suka bersuara sejak mereka lahir.
Baca Juga: 8 Fakta Unik Bunga Teratai, dari Miliki Banyak Warna hingga Simbol Kesucian
Ajaibnya, jika satu lumba-lumba bersuara, maka beberapa lumba-lumba lain akan membalas suara tersebut secara bersahutan.
Selain itu, suatu kelompok lumba-lumba bisa mengeluarkan suara yang berbeda dalam waktu yang sama.
Lumba-lumba juga dapat mengeluarkan suara yang saling bersahutan dengan sesama lumba-lumba, dan hanya dapat dimengerti kelompok mereka.
Bekerja Sama dalam Berburu
Solidaritas lumba-lumba dibuktikan dengan kerja sama yang dilakukan dengan kelompoknya untuk menggiring ikan-ikan mangsanya.
Caranya dengan membuat lingkaran besar serupa dinding yang sulit ditembus.
Lingkaran tersebut dibuat oleh lumba-lumba dengan cara berenang menggunakan kibasan ekornya yang kuat.
Dengan dinding yang kuat ini, ikan-ikan menjadi panik dan sulit menyelamatkan diri.
Apalagi kibasan ekor membuat pasir di bawah laut naik dan membentuk lumpur, sehingga membutakan ikan-ikan mangsanya.
Ketika ikan-ikan tersebut merasa tertekan, lumba-lumba segera memasang rahang terbukanya agar ikan bisa masuk ke dalam mulutnya.
Jebakan dinding melingkar ini hanya salah satu dari sekian banyak cara cerdas lumba-lumba dalam bertahan hidup.
Nah, dari bukti-bukti di atas, apakah kamu setuju bahwa lumba-lumba dan paus memiliki kesamaan dengan manusia.
----
Kuis! |
Apa nama ordo lumba-lumba dan paus? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR