Keumalahayati akhirnya menjabat sebagai laksamana yang bertugas untuk mengatur sejumlah pasukan laut itu.
Tugas lainnya adalah mengawasi kapal-kapal perang milik Kerajaan Aceh dan pelabuhan-pelabuhan yang berada di bawah syahbandar.
Semasa Laksamana Keumalahayati, kapal perang dan pasukan gajah menjadi kekuatan utama angkatan perang Kerajaan Aceh.
Selain di pusat pemerintahan kerajaan, kapal-kapal perang tersebut juga disimpan di daerah bawahan-bawahan.
Perjuangan Laksamana Keumalahayati Melawan Portugis
Kekuatan Keumalahayati sebagai seorang laksamana diuji ketika Kerajaan Aceh mendapat interaksi dari Belanda.
Kapal Belanda yang bernama de Leeuw dan Leeuwin pada tanggal 21 Juni 1599 berlabuh di ibu kota Kerajaan Aceh.
Cornelis de Houtman dan Frederick de Houtman yang merupakan dua bersaudara masing-masing memimpin kedua kapal itu.
Kapal Belanda itu disambut baik oleh Kerajaan Aceh. Kerajaan Aceh berharap mendapatkan kerja sama yang baik untuk perdagangan lada.
Namun, rupanya kapal Belanda itu ingin mengacau di Kerajaan Aceh. Laksamana Keumalahayati langsung menggagalkan upaya Belanda itu.
Menurut cerita, Cornelis de Houtman tewas dibunuh oleh Keumalahayati dalam duel satu lawan satu di geladak kapal.
Baca Juga: 6 Faktor yang Mendorong Terjadinya Perdagangan Internasional
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | Kompas.com,ruangguru.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR