Akhirnya semua berhasil masuk, tetapi tetap kotak itu tidak bisa menutup dengan benar.
Dengan gemas, Becky menarik seuntai gelang. Gelang itu tersangkut pada engsel kotak, menyebabkan kotak itu tidak bisa menutup.
Mata Becky membesar melihat gelang itu. Seingatnya Crystabelle tidak pernah memakai gelang itu. Gelang itu terlihat sederhana.
Hanya gelang emas putih biasa dengan ukiran membentuk lumba-lumba. Namun, di mata Becky yang tidak pernah punya perhiasan, gelang itu indah sekali.
Becky menelan ludah. Ia memandang ke sekelilingnya. Kamar itu kosong.
“Crystabelle tidak pernah memakai gelang ini. Gelang ini amat sederhana. Kotak perhiasannya begitu besar dan penuh. Kehilangan satu gelang kecil saja, pasti bukan apa-apa baginya,” gumam Becky pelan. Tanpa berpikir lagi, tangannya menyimpan gelang itu di dalam saku celemeknya.
Ternyata, Crystabelle melihatnya! Ia melihat sesuatu yang berkilau masuk ke dalam celemek Becky. Setelah Becky meninggalkan kamarnya, Crystabelle memeriksa kotak perhiasannya.
Ia memang sudah jarang memakai gelang lumba-lumbanya. Namun, Crystabelle selalu mengingat apa yang pernah dihadiahkan orang kepadanya. Dengan cepat ia sadar, ia kehilangan gelang lumba-lumba.
Crystabelle diam berpikir dan menyadari satu hal. Ia tidak pernah melihat Becky pakai perhiasan. Wajahnya selalu muram dan bekerja keras.
Crystabelle tahu ayah dan ibu Becky sudah meninggal. Becky juga tidak sekolah seperti dirinya. Seumur hidup bisa jadi Becky akan terus menjadi pelayan.
“Biar saja dia memiliki gelang itu. Semoga gelang itu membawa kebahagiaan kepadanya,” putus Crystabelle. Ia tidak akan mempermasalahkan perkara gelang itu.
Baca Juga: Dongeng Anak: Lukisan Kucing #MendongenguntukCerdas
Penulis | : | Iveta Rahmalia |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR