“Hoi, Omongkosong! Kau memanggilku? Aku mendengarmu berpikir!” katanya.
Dito merasa aneh. Bagaimana mungkin kau bisa mendengar seseorang berpikir? Namun, ya, itu, dengan Tuan Omongkosong semuanya mungkin!
Makhluk Bulan kelihatannya seperti kertas perak. Di rambutnya berkerlap-kerlip bintang-bintang kecil.
“Kau lucu!” seru Dito.
Makhluk Bulan tertawa mendengar kata-kata Dito. Dia mengulurkan tangannya, “Halo, Dito! Aku senang bertemu dengan engkau lagi.
“Tetapi... aku belum pernah melihatmu,” sahut Dito bingung.
Makhluk Bulan tertawa. “Aku sering mengintip ke kamarmu di malam hari. Kadang-kadang aku mengirimkan sinar bulan untukmu melalui jendela!”
“Oh, kalau itu, aku tahu,” tukas Dito. “Yang terakhir kali, sinar bulanmu menggelitik hidungku, sampai aku terbangun dari tidurku!”
Tuan Omongkosong dan Makhluk Bulan tertawa, sebab Dito pura-pura marah.
“Ya, ya, ada sinar bulan yang agak nakal,” kata Makhluk Bulan, “Mereka suka mengganggu! Nah, dahulu sekali, ada sinar bulan yang bandel. Jika hari sudah malam, ia menari-nari di hutan.Lalu menggelitik hewan-hewan, sampai mereka terbangun, kemudian dia cepat-cepat pergi!”
“Lalu, suatu hari, ia menari-nari di kolam dan menggangu ikan-ikan. Lalu, datanglah seekor ikan dan... hap! Sinar bulan itu ditelannya. Kini, ikan itu dinamakan Ikan Bulan!” lanjutnya lagi.
Baca Juga: Dongeng Anak: Pencurian Kecil Si Kecil Becky #MendongenguntukCerdas
Hati-Hati Kandungan Gula di Minuman Manis, Bagaimana Memilih Minuman yang Tepat?
Penulis | : | Iveta Rahmalia |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR