Oleh karena itu, cerita fiksi sebaiknya dibaca sebagai bentuk hiburan, meskipun di dalamnya terdapat ajaran-ajaran moral yang dapat dicontoh.
2. Bertujuan untuk Menghibur
Cerita fiksi biasanya dibuat untuk menghibur pembacanya, karena bersifat naratif yaitu menguraikan rangkaian kejadian yang dibuat menarik.
Misalnya, cerita dongeng anak-anak akan dibuat dengan menarik agar anak-anak dapat membaca dan mendengarkannya dengan menyenangkan.
3. Menggunakan Bahasa Komunikatif dan Sugestif
Penggunaan bahasa komunikatif untuk membuat karangan cerita fiksi bertujuan untuk memudahkan pemahaman pembaca.
Selain itu, bahasa komunikatif juga memudahkan pembaca ikut merasakan kondisi tokoh dalam cerita, agar cerita fiksi mudah dinikmati.
Bahasa yang digunakan dalam cerita fiksi juga bersifat sugestif, atau dapat membangkitkan ide atau citra dalam pikiran.
Diharapkan, cerita fiksi dapat memberikan ide kreativitas seseorang untuk membuat karya lainnya.
Untuk membedakannya dengan karya tulis ilmiah, penulis atau pengarang cerita fiksi bebas menggunakan bahasa yang tidak baku untuk karya fiksinya.
Ini dilakukan agar semua orang dari latar belakang dan usia yang berbeda dapat memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati cerita.
Baca Juga: Mengapa Ki Hajar Dewantara disebut Bapak Pendidikan Indonesia? Materi Kelas 4 SD
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR