Sebelum terjadinya hujan abu, gunung berapi yang erupsi akan mengeluarkan awan letusan dari dalam perutnya.
Awan letusan terbentuk dari abu dan gas panas yang naik dengan cepat membentuk kolom letusan yang menjulang tinggi.
Ketinggian awan letusan akibat gunung berapi ini dapat mencapai lebih dari 9.144 meter.
Menurut theguardian.com, awan letusan berbentuk abu muncul karena letusan magma cair menabrak udara dingin dan menghancurkan bebatuan.
Dilansir National Geographic, abu vulkanik dari awan letusan memiliki ukuran kecil dan kerapatan rendah, sehingga mudah terbawa angin hingga menempuh jarak yang jauh.
Ketika partikel gas dan debu vulkanik terbang terbawa angin, maka itu akan jatuh dengan ukuran lebih kecil, membentuk lapisan tipis, yang kemudian dikenal sebagai hujan abu.
Hujan abu merupakan partikel dari batu bergerigi kecil dan kaca alami yang diembuskan ke udara saat gunung api mengalami erupsi.
Hujan abu bisa terjadi di wilayah yang jauh dari lokasi erupsi karena mengikuti arah angin berembus.
Perlu teman-teman tahu, abu vulkanik yang turun ke permukaan tanah akibat erupsi ini berbeda dengan abu yang dihasilkan dari pembakaran kayu, teman-teman.
Partikel abu vulkanik sangat keras dan bergerigi, sehingga dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, paru-paru, dan gangguan pernapasan.
Tidak hanya berdampak pada manusia, hewan yang hidup di daerah tertutup abu vulkanik akan kesulitan mencari makanan dan air yang bersih.
Baca Juga: Ternyata Punya Air, Ini 5 Fakta Unik Planet Mars
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | BPPTKG,National Geographic,The Guardian,Sciencing.com |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR