Bobo.id - Apa jadinya jika ada ada peri yang bisa mengabulkan segala keinginan kita?
Nah, di dongeng anak dari Majalah Bobo kali ini, kita akan membaca cerita tentang Peter yang bertemu dengan peri mungil.
Seperti apa kisahnya? Yuk, baca sama-sama!
Keajaiban pada Malam Bulan Biru
Cerita oleh Pradika Bestari / Dok. Majalah Bobo
Sore itu, Peter berjalan menyusuri koridor apartemennya yang bobrok dan sempit. Wajahnya tampak muram karena ia baru saja dipecat. Toko tempatnya bekerja bangkrut.
“Ted… Ted… air… air…,” terdengar suara rintihan Kakek Tom dari pintu apartemennya yang sedikit terbuka.
Peter masuk ke dalam apartemen Kakek Tom. Kakek Tom terbaring lemah di atas tempat tidur. Tubuhnya agak demam. Peter mengambilkannya minum dan mengompresnya.
“Ted?” tangan keriput Kakek Tom menggenggam tangan Peter.
“Bukan, Kek, ini Peter,” jawab Peter. Kakek Tom mengangguk pilu. Peter tahu Kakek Tom amat merindukan Ted, cucu satu-satunya. Entah kenapa, Ted tak pernah mengunjunginya, padahal Kakek Tom sudah lemah tubuhnya.
Peter menyuapi Kakek Tom bubur dan menemaninya sampai tertidur. Setelah itu, Peter kembali berjalan menyusuri koridor.
Baca Juga: Dongeng Anak: Rahasia Kebijaksanaan Laurelia #MendongenguntukCerdas
“Kak Peter?” panggil Rossy dari apartemen di samping apartemen Kakek Tom.
“Halo, Rossy,” sapa Peter sambil membuka pintu apartemen Rosy. Rossy menghampirinya dengan kursi rodanya.
“Tolong betulkan kotak musik balerinaku, Kak,” pinta Rossy.
Peter mengambil kotak musik berhiaskan balerina yang bisa berputar. Kotak musik itu sering rusak, tetapi itu harta terindah Rossy. Rossy punya cita-cita menjadi balerina. Ia amat berharap suatu saat ia bisa berjalan dan menari kembali.
Setelah membetulkan kotak musik Rossy, barulah Peter masuk ke apartemennya sendiri. Marion, istrinya yang cantik, menyambutnya dengan pelukan hangat. Ia sudah menyiapkan sup sederhana untuk makan malam mereka.
Melihat wajah Marion, Peter tak mampu menceritakan tentang toko yang bangkrut. Usai makan malam yang sepi, mereka mengobrol sejenak sebelum pergi tidur.
“Teng! Teng! Teng!” Peter terbangun mendengar lonceng gereja berdentang 12 kali. Setelah itu, ia tak bisa tidur lagi. Ia terus memikirkan dirinya yang telah dipecat dan begitu miskin.
Peter berdiri dari tempat tidur dan mengambil segelas air. Ia memandang keluar jendela. Astaga! Peter nyaris menumpahkan minumnya. Bulan malam itu berwarna biru! Betul-betul biru bulat indah.
Peter membuka jendela untuk bisa melihatnya lebih jelas. Namun, ups, sesuatu yang berkilau nyaris jatuh terlibas daun jendela yang dibuka Peter. Peter langsung mengulurkan tangan dan menangkap sesuatu itu.
Mata Peter membelalak kaget saat ia membuka genggaman tangannya. Di atas telapak tangannya kini berdiri peri kecil keemasan. Lengkap dengan sayapnya yang berkilau.
“Wah! Orang besar!” cetus peri itu kaget.
Baca Juga: Dongeng Anak: Gadis Penyapu Awan #MendongenguntukCerdas
“Eemmh…,”Peter tak tahu harus bilang apa. Pasti ini mimpi, pikirnya dalam hati.
“Ini bukan mimpi. Setiap bulan berwarna biru, manusia bisa melihat bangsa peri. Tapi biasanya hanya anak kecil yang bisa melihat kami. Kalau ada orang besar yang bisa melihat kami, itu berarti hatinya amat baik!” celoteh peri kecil itu lagi. “Jadi, kamu mau minta apa?” tanya si peri sambil terbang mengelilingi kepala Peter.
“Mi… minta?” ulang Peter bingung.
“Ya, tadi kamu telah menolongku supaya tidak jatuh. Untuk membalasnya, aku harus mengabulkan tiga permintaanmu,” jelas si peri. “Kamu bisa minta apa saja!” tegasnya.
Peter berdehem takjub. Berbagai pikiran tentang harta benda memenuhi benaknya. Ia sudah bosan tinggal di apartemen sempit ini.
“Aku ing…,”
Uhuk! Uhuk! Uhuk!
Ucapan Peter terpotong suara batuk parah Kakek Tom. Peter tersenyum sekilas.
“Bisakah kamu membawa pulang Ted, cucu Kakek Tom, agar bisa merawat dan menghibur Kakek Tom? Ia sakit parah dan Te…,”
Criiiing!
Permintaan Peter terpotong suara dentang merdu yang timbul saat peri di depannya tiba-tiba berputar tiga kali berturut-turut.
Baca Juga: Dongeng Anak: Biri-Biri Putri Katum #MendongenguntukCerdas
“Sudah beres! Besok Ted akan datang!” lapor si peri. “Sekarang, permintaan kedua!”
“Aku ing…,”
Tring… ting… ting… tring… Kali ini ucapan Peter terpotong lagu dari kotak musik Rossy. Malam hari pun, kadang-kadang, Rossy suka membunyikan kotak musiknya.
“Tolong sembuhkan kaki Rossy agar ia bisa menari dengan lincah,” pinta Peter.
Criiiing! Peri mungil itu berputar tiga kali lagi.
“Ya! Besok pagi Rossy akan bangun dengan kaki sehat!” seru peri mungil itu. “Tinggal satu permintaan lagi. Kamu belum minta apa-apa buat dirimu, lo!”
Peter diam. Apa yang sebaiknya ia minta? Pekerjaan baru bergaji besar? Sepeti uang emas? Cukupkah untuk hidup enak sampai akhir hayatnya?
“Mmmhh…,” Marion bergerak dalam tidurnya. Peter memandanginya.
“Aku ingin Marion bahagia,” ucap Peter sambil tersenyum.
Criiiiiing! Peri itu berputar cepat tiga kali dan bersinar amat terang sampai Peter memejamkan mata.
Saat Peter membuka matanya lagi, tiba-tiba hari sudah pagi dan Peter terbaring di atas tempat tidurnya. Peter langsung kecewa. Ternyata semua hanya mimpi.
Baca Juga: Dongeng Anak: Beki Bebek yang Ramah #MendongenguntukCerdas
Akan tetapi, ia merasakan sesuatu yang lain. Ia merasa hatinya amat hangat. Apartemennya tetap bobrok dan sempit, tetapi tiba-tiba itu tak jadi masalah. Tanpa sadar, Peter tersenyum bahagia.
“Selamat pagi,” Marion menyambutnya dengan pelukan. Marion tampak amat bahagia. Ya, kebahagiaan Marion adalah melihat Peter bahagia. Tak heran, pagi itu dan seterusnya semua tampak indah dan membahagiakan buat Marion dan Peter.
Hari itu, Kakek Tom dan Rossy juga mendapatkan kejutan indah. Kamu pasti tahu apa kejutan itu, kan?
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Penulis | : | Iveta Rahmalia |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR