“Yang Mulia, mohon ampun, karena tuanku Pippo tidak bisa datang. Tadi malam, rumahnya kena rampok. Semua harta dan pakaiannya dibawa pergi. Kini tuanku Pippo tidak punya sehelai pakaianpun.”
Raja sangat terkejut dan iba. Ia langsung memerintahkan pelayannya untuk mengeluarkan dari lemarinya, puluhan helai pakaian linen. Raja memberikannya pada Gato dan Gato membawanya pada Pippo. Betapa terkejut dan gembiranya Pippo melihat apa yang dibawa Gato. Dengan patuh, ia menuruti perintah Gato untuk segera ganti baju.
Gato mengajak Pippo ke istana Raja. Di sana, Raja menyambutnya dengan gembira dan menjamunya dengan hidangan lezat yang Pippo belum pernah cicipi sebelumnya. Raja dan Pippo akhirnya menjadi akrab. Pippo terus berpura-pura mengaku sebagai bangsawan kaya sesuai nasihat Gato.
Suatu hari, Raja ingin menjodohkan putrinya dengan Pippo. Ketika Gato datang ke istana, Raja bertanya tentang kekayaan Pippo.
“Wah, tuanku Pippo itu sangat kaya. Dia memiliki banyak tanah di Roma dan Lombardy. Kekayaannya tak terhitung,” bohong Gato.
Raja tidak percaya jika Pippo lebih kaya dari dirinya. Maka ia mengutus prajuritnya untuk menyelidiki kebenaran cerita Gato. Mengetahui hal itu, Gato segera berlari ke daerah Roma dan Lombardy yang berada di luar kekuasaan Raja. Setiap kali bertemu sekawanan domba, sapi atau kuda, ia buru-buru berkata pada gembala-gembalanya,
"Hati-hati! Ada pasukan perampok datang untuk merampas ternak di desa ini. Kalau mereka datang, katakan saja, ternak dan ladang ini semuanya milik Tuan Pippo. Maka kalian akan aman karena para rampok itu takut pada Tuan Pippo!”
Tak lama kemudian, pasukan raja datang dan bertanya pada para gembala dan petani yang sedang bekerja di ladang. Jawaban mereka semua sama, yaitu, ternak dan ladang itu semuanya milik Tuan Pippo. Para prajurid kembali ke istana dan melaporkan hal itu pada Raja.
Raja sangat kagum dan gembira. Akhirnya, Pippo pun menikah dengan putri raja. Raja memberikan Pippo kastil yang megah sebagai hadiah pernikahan. Pippo sangat gembira dan berterimakasih pada Gato kucingnya.
“Kau memang sangat cerdas, Gato. Kalau kau meninggal lebih dulu, aku akan memasukkan kau ke dalam peti emas dan aku makamkan di halaman kastil,” janji Pippo.
Mendengar janji Pippo, Gato jadi ingin tahu apakah Pippo akan menepati janjinya. Tiga hari kemudian, Gato pura-pura mati. Ia meregangkan tubuhnya dan pura-pura kaku di taman. Sang putri raja, istri Pippo berteriak saat melihat Gato.
Baca Juga: Dongeng Anak: Kotaji Sang Ahli Panah #MendongenguntukCerdas
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR