Paskah menandai tanggal kematian dan kebangkitan Yesus kembali. Hal itu diketahui jatuh pada seputar Paskah Yahudi.
Seperti Paskah Yahudi, tanggal untuk menandai kebangkitan Yesus dihitung dengan menggunakan kalender bulan atau siklus bulan.
Kala itu, berbagai kelompok tidak sepakat dengan tanggal perayaan Kebangkitan. Hal ini membuat terpecah dua kubu.
Ada yang merayakan Paskah pada Paskah Yahudi itu sendiri, namun ada juga yang merayakan Paskah pada hari Minggu.
Hingga akhirnya pada tahun 325, terdapat pertemuan Dewan Nicea untuk menyelesaikan polemik penanggalan Paskah.
Saat itulah mulai ditetapkan Perayaan Paskah yang dirayakan pada Minggu pertama setelah bulan pertama pada awal musim semi.
Meski begitu, antara tanggal perayaan dan fenomena alam yang jadi patokannya bisa tidak sesuai karena cara penghitungan yang tidak tepat.
Pada zaman dahulu, sistem perhitungan ini dilakukan secara tradisional, yakni menggunakan tabel dan cara yang rumit.
Namun seiring perkembangan zaman, perhitungan jatuhnya Paskah ini dilakukan dengan cepat menggunakan algoritma pada komputer.
Dengan teknologi ini, kita bisa langsung mengetahui perayaan Paskah hingga tiga tahun ke depan. Luar biasa, bukan?
Nah, itulah alasan mengapa Hari Raya Paskah jatuh di tanggal yang berbeda setiap tahunnya. Semoga bisa bermanfaat, ya.
Baca Juga: 20 Link Twibbon Hari Paskah 2023, Beserta Fakta Unik Perayaan Paskah
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR