Bobo.id - Selama masa kependudukan Jepang di Indonesia, sekelompok kaum pergerakan melakukan berbagai perjuangan. Apa saja?
Pada materi Ilmu Pengetahuan Sosial kelas 8 SMP, kita akan belajar bersama tentang masa kependudukan Jepang di Indonesia.
Dilansir dari Kompas.com, masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai dari tahun 1942 dan berakhir pada tahun 1945.
Selama kurang lebih 3,5 tahun itu, bangsa Indonesia terus melakukan berbagai upaya untuk menanggapi kebijakan Jepang.
Propaganda Jepang sama sekali tidak memengaruhi para tokoh perjuangan untuk percaya. Sebab, mereka percaya kalau Jepang adalah penjajah.
Bahkan, mereka sengaja memanfaatkan organisasi pendirian Jepang sebagai batu loncatan untuk meraih Indonesia merdeka.
Kali ini Bobo akan menjelaskan berbagai bentuk perjuangan oleh kaum pergerakan pada zaman Jepang. Simak, yuk!
Putera sering disebut kolaborator karena mau bekerja sama dengan penjajah. Cara ini adalah bentuk perjuangan diplomasi.
Tokoh-tokohnya adalah para pemimpin Putera, seperti Sukarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.
Mereka diketahui memanfaatkan organisasi Putera yang merupakan bentukan Jepang sebagai sarana komunikasi dengan rakyat.
Akhirnya, Putera justru dijadikan para pemuda Indonesia sebagai ajang kampanye nasionalisme, bukan untuk kepentingan Jepang.
Baca Juga: Kebijakan Pemerintah Militer Jepang Terhadap Bangsa Indonesia, Materi IPS
Lama kelamaan, pemerintah Jepang menyadari hal itu dan akhirnya membubarkan Putera dan digantikan dengan Barisan Pelopor.
Sama seperti Putera, Barisan Pelopor yang dipimpin Sukarno ini pun selalu melakukan kampanye perjuangan kemerdekaan.
Larangan berdirinya partai politik pada zaman Jepang mengakibatkan sebagian tokoh perjuangan melakukan gerakan bawah tanah.
Gerakan bawah tanah merupakan perjuangan melalui kegiatan tidak resmi dan tanpa sepengetahuan Jepang (sembunyi-sembunyi).
Dalam melakukan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, mereka terus melakukan konsolidasi atau pengukuhan.
Mereka menggunakan tempat-tempat yang strategis, seperti asrama pemuda untuk melakukan berbagai pertemuan.
Tokoh-tokoh yang masuk dalam garis pergerakan bawah tanah adalah Sutan Sjahrir, Achmad Subarjo, Sukarni, A. Maramis, Wikana, Chairul Saleh, dan Amir Syarifuddin.
Para tokoh itu terus memantau Perang Pasifik melalui radio bawah tanah karena Jepang melarang pesawat komunikasi.
Kelompok bawah tanah inilah yang sering disebut golongan radikal/keras karena mereka tidak mengenal kompromi dengan Jepang.
Selain itu, ada berbagai perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh bangsa Indonesia pada masa pendudukan Jepang.
Mulai dari perlawanan rakyat Aceh, perlawanan Singaparna, perlawanan Indramayu, hingga perlawanan PETA. Berikut penjelasannya:
Baca Juga: Apa Saja Faktor yang Menyebabkan Bangsa Jepang Mundur dari Indonesia?
Perlawanan Rakyat Aceh ini dilakukan oleh Tengku Abdul Djalil, seorang ulama di Cot Plieng Aceh, menentang peraturan Jepang.
Pada tanggal 10 November 1942, ia melakukan perlawanan. Sayangnya dalam perlawanan itu, ia ditangkap dan ditembak mati.
Perlawanan ini dipelopori oleh K.H. Zainal Mustofa, yang menentang seikeri yakni penghormatan pada Kaisar Jepang.
Pada 1944, meletus perlawanan terhadap tentata Jepang. Kiai Haji Zainal Mustofa dan beberapa pengikutnya ditangkap Jepang dan dihukum mati.
Pada bulan Juli 1944, rakyat Lohbener dan Sindang di Indramayu melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Jepang.
Para petani dipimpin H. Madrian menolak pungutan padi yang tinggi. Sayangnya, perlawanan itu berhasil dipadamkan Jepang.
Perlawanan PETA merupakan perlawanan terbesar yang dilakukan oleh rakyat Indonesia pada masa penjajahan pemerintahan Jepang.
Perlawanan dipimpin Komandan Pleton Supriyadi. Sayangnya pada 14 Februari 1945, perlawanan dipadamkan Jepang karena persiapan kurang matang.
Para pejuang PETA kemudian berhasil ditangkap oleh Jepang dan kemudian diadili di Mahkamah Militer yang terletak di Jakarta.
Beberapa di antaranya dihukum mati, seperti dr. Ismail, Muradi, Suparyono, Halir Mangkudidjaya, Sunanto, dan Sudarmo.
Sementara itu, Supriyadi sebagai pemimpin perlawanan berhasil ditangkap Jepang kemudian dihukum mati sebelum diadli.
Nah, itulah bentuk perjuangan dari kaum pergerakan pada zaman Jepang. Semoga informasi ini bisa bermanfaat untuk teman-teman, ya.
Baca Juga: Materi Sejarah: Dampak Penjajahan Jepang Terhadap Sistem Pendidikan di Indonesia
----
Kuis! |
Kapan Jepang menduduki dan menjajah Indonesia? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR