Kroko buaya dan Saruru monyet akhirnya menjadi sahabat. Setiap kali Saruru monyet memanjat pohon pisang, ia tak pernah lupa memberikan satu tandan untuk Kroko buaya dan istrinya.
Sayangnya, istri Kroko lalu menjadi serakah.
“Kalau Saruru monyet selalu makan pisang, pasti jantungnya pun manis seperti rasa pisang,” kata istri Kroko.
Karena istri Kroko berkata seperti itu setiap hari, akhirnya Kroko pun berpikir begitu. Maka, pada suatu hari, Kroko buaya menemui Saruru monyet.
“Saruru, istriku sedang sakit. Maukah kau menengok istriku? Siapa tahu, kau tahu obat yang manjur untuk menyembuhkan istriku,” bujuk Kroko buaya.
Saruru monyet sama sekali tidak curiga. Dengan cemas, ia segera melompat turun dari pohon. Ia lalu naik ke punggung sahabatnya itu.
Kroko buaya segera berenang membawa Saruru ke rumahnya di seberang rawa.
Setiba di rumah Kroko buaya, Saruru monyet memeriksa istri Kroko yang terbaring.
“Wah, sayang sekali, aku tak tahu apa penyakit istrimu. Aku juga tak tahu apa obatnya…” sesal Saruru tulus.
Di saat itu, istri Kroko tiba-tiba menangkap Saruru dan tertawa girang, “Monyet kecil…, obat penyakitku adalah jantungmu!”
Saruru monyet sangat terkejut. Namun ia segera mencari akal.
Baca Juga: Dongeng Anak: Peri Terara dan Putri Lilira #MendongenguntukCerdas
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR