Bobo.id - Saat kita diberikan kepercayaan, maka sebisa mungkin kita harus bisa menjaganya. Jangan sampai kita mengkhianati kepercayaan seseorang pada kita.
Dongeng anak hari ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Jen Hsiu. Saat ia berusia 17 tahun, ayahnya meninggal dunia.
Ayahnya meninggal saat berada di perantauan dan jenazahnya ditinggalkan di kuil oleh sahabat ayahnya yang berkhianat.
Suatu hari Jen Hsiu akhirnya bisa bertemu dengan sahabat ayahnya itu. Kira-kira apa yang akan ia lakukan, ya?
Cari tahu selengkapnya di sini, yuk!
Jen Hsiu
Cerita oleh: Dok. Majalah Bobo
Jen Chien Chih adalah pedagang yang berasal dari desa Yutai. Suatu hari, ia pergi ke kota Shensi, membawa uang tabungannya. Di jalan, ia bertemu seorang pedagang bernama Shen Chu Ting yang berasal dari desa Su Chien.
Keduanya menjadi teman dekat dan berjalan bersama ke kota Shensi. Sayangnya, di tengah jalan, Jen jatuh sakit. Shen merawatnya di penginapan. Namun, keadaan Jen semakin memburuk. Akhirnya, Jen berkata pada Shen,
"Sahabatku, aku punya dua ratus koin perak di kantong uangku. Kalau aku mati, ambillah sedikit untuk biaya peti. Tolong bawa mayatku pulang ke desaku. Tolong berikan sebagian uang untuk istri dan ketiga anakku. Lalu semua sisanya, ambillah untukmu.”
Malam itu juga Jen meninggal. Shen membeli sebuah peti murah sekitar lima koin perak. Ia memindahkan jenazah Jen ke dalam peti mati. Ia lalu menitipkan peti itu pada pendeta di kuil terdekat. Shen meminta ijin pada pendeta itu untuk membeli pakaian baru yang akan dipakaikan pada Jen. Namun, Shen ternyata melarikan diri dan tidak kembali ke kuil itu.
Baca Juga: Dongeng Anak: Mimpi Kim Kyong Sin #MendongenguntukCerdas
Untunglah pendeta kuil itu sangat baik hati. Ia menyelidiki asal-usul Jen. Dari pemilik penginapan tempat Jen dan Shen pernah menginap, pendeta itu akhirnya tahu asal desa Jen. Ia lalu membawa peti jenazah Jen pulang ke desa Yutai.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR