Gamis juga bisa disebut dengan "jubah" atau "abaya" dalam bahasa Arab, yang dipakai laki-laki maupun perempuan.
Sejarah gamis dapat ditelusuri dari abad ke-7 Masehi, ketika agama Islam mulai berkembang di kawasan Asia Barat, Asia Tengah, dan Asia Selatan.
Gamis sangat populer karena dinilai bisa melindungi seluruh tubuh dari sengatan matahari dan debu padang pasir.
Meskipun menutupi seluruh tubuh, gamis disukai karena tidak membuat gerah dan sejuk dipakai.
Selain itu, masyarakat Asia Barat dan sekitarnya juga memakai penutup kepala bagi laki-laki dan perempuan untuk melindungi diri sebagai pelengkap gamis.
Nah, gamis mulai dipopulerkan ke Indonesia saat pedagang dari Asia Barat dan Tengah memasuki wilayah Nusantara pada akhir abad ke-7 dan awal abad ke-8 Masehi.
Terjadilah akulturasi budaya yang disebabkan oleh pergaulan dan pernikahan pedagang dengan penduduk lokal.
Gamis yang tadinya dipakai oleh laki-laki dan perempuan pun lambat laun banyak dipakai para perempuan saja.
Hal ini karena adanya akulturasi budaya lokal dengan memakai gamis sebagai pengganti kain jarik bagi perempuan.
Sedangkan untuk laki-laki kebanyakan mengenakan baju koko dengan celana panjang atau sarung yang merupakan hasil akulturasi budaya Tiongkok dan India.
Memilih Baju Gamis
Baca Juga: Kenapa Lebaran Identik dengan Baju Baru? Ini Penjelasan dan Sejarahnya
Source | : | Encyclopedia Brittanica,Arabic Post,Cornell University |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR