Sejak saat itu, setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Hal ini pun dilihat oleh Presiden Soekarno yang saat itu menjabat.
Ia langsung menetapkan R.A. Kartini sebagai Pahlawan Nasional dalam Keputusan Republik Indonesia pada Mei 1964.
Dalam surat yang sama, Soekarno juga menetapkan peringatan Hari Kartini sebagai hari besar yang jatuh pada 21 April.
Oleh karena itu, hingga saat ini, kita masih terus merayakan Hari Kartini dengan berbagai macam kegiatan di sekolah.
R.A. Kartini merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara.
Sementara itu, ibunya bernama Mas Ayu Ngasirah, yang merupakan anak dari kiai tersohor yang ada di Jepara.
Status orang tuanya yang berkedudukan baik inilah yang membuat Kartini berkesempatan menempuh pendidikan di sekolah formal.
Kartini bersekolah di Europeesche Lagere School, sekolah untuk anak keturunan Eropa dan keturunan bangsawan Indonesia
Namun, di usia muda, Kartini dihentikan pendidikannya dan hanya diam di rumah karena ia adalah seorang perempuan.
Tak diam begitu saja, Kartini terus mengasah kemampuannya lewat berbagai buku bacaan dan berkirim surat dengan orang Belanda.
Karena gemar membaca banyak buku, wawasan Kartini akhirnya terbuka dan ingin memperjuangkan haknya sebagai perempuan.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata yang Jadi Jejak Peninggalan R.A. Kartini, Pernah ke Sini?
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR