Saat El Nino terjadi, curah hujan di Indonesia menjadi rendah. Hal ini membuat musim kemarau jadi lebih lama.
Daerah yang terdampak antara lain Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.
Hal ini karena wilayah-wilayah yang Bobo sebutkan di atas berada di garis khatulistiwa, yang merupakan jalur angin pasat.
Berkebalikan dengan El Nino, La Nina membuat curah hujan di Indonesia meningkat sehingga terjadi musim hujan lebih lama.
Ketersediaan air pun meningkat dan menyebkan banjir di beberapa wilayah yang sudah Bobo sebutkan di atas.
Nah, kekeringan akibat El Nino maupun banjir akibat La Nina bisa bikin merebaknya berbagai penyakit.
Curah hujan yang tinggi karena La Nina juga bikin udara lebih lembap dan dingin. Ini berpotensi terkena flu, DBD, hingga ISPA.
Selain itu, El Nino dan La Nina juga bisa bikin produksi pertanian menjadi rugi karena adanya gagal panen, teman-teman.
Misalnya, tanaman pertanian jadi rusak karena kekuarangan air yang terjadi saat El Nino. Ini berakibat pada gagal panen.
Sebaliknya, La Nina bikin Indonesia kelebihan air. Nah, curah hujan tinggi ini memicu peningkatan hama dan banjir.
Sederhananya, El Nino itu identik dengan cuaca kering dan La Nina identik dengan cuaca basah yang terjadi di Indonesia.
Baca Juga: El Nino Masih Terjadi di Awal Tahun 2019, Apa Itu Peristiwa El Nino? #AkuBacaAkuTahu
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Source | : | Kompas.com,Gramedia.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR