Sewaktu mudanya, Chairil Anwar mengenyam pendidikan sekolah dasar di Neutrale Hollands Inlandsche School (HIS) di Medan.
Setelah tamat dari HIS, Chairil Anwar kemudian meneruskan pendidikan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Medan, setingkat SMP.
Sayangnya, pendidikan Chairil Anwar di MULO hanya sampai kelas satu. Ia memutuskan pindah ke Jakarta untuk memulai lagi sekolah di MULO Jakarta.
Di Jakarta, Chairil Anwar hanya sampai kelas dua di MULO. Namun, ia tetap giat belajar bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman sendiri.
Dengan kemampuan membacanya, Chairil Anwar mengenal karya sastra dan belajar menulisnya sendiri.
Setelah mahir menulis syair, Chairil Anwar bekerja di majalah Gema Suasana sebagai redaktur, pada tahun 1948, saat usianya 26 tahun.
Tidak merasa puas di Gema Suasana, Chairil Anwar pindah ke majalah Siasat sebagai redaktur, sekaligus pengasuh rubrik kebudayaan Gelanggang.
Di sanalah, Chairil Anwar bertemu dengan Ida Nasution, Asrul Sani, dan Rivai Apin, teman-teman sastrawan Indonesia lainnya.
Semasa Chairil Anwar muda dan aktif sebagai penyair, ia telah menciptakan 96 karya sastra dan 70 puisi yang penuh makna.
Chairil Anwar meninggal pada 28 April 1949 di Jakarta, saat usianya baru menginjak 27 tahun.
Chairil Anwar disebut pelopor sastrawan Angkatan '45 karena keberaniannya dalam mengutarakan pendapat lewat puisi dan karyanya.
Baca Juga: 6 Jenis Majas yang Sering Digunakan dalam Pembuatan Sastra Puisi dan Contohnya
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR