Iklim, cuaca, dan letak geografis juga memengaruhi keragaman gaya berpakaian di suatu daerah.
Gaya berpakaian kasual berupa kaos atau baju santai longgar beserta celana berbahan tipis untuk daerah dataran rendah.
Sementara itu, masyarakat di dataran tinggi umumnya menggunakan pakaian yang lebih tebal dan tertutup.
Hal ini dipengaruhi oleh iklim. Kaos atau baju santai berbahan tipis karena cuaca di dataran rendah umumnya panas.
Sementara itu, pakaian yang digunakan di dataran tinggi lebih tebal karena udaranya dingin untuk menghangatkan diri.
Perbedaan iklim, cuaca, dan letak geografis juga dapat memengaruhi keragaman mata pencaharian.
Misalnya, masyarakat yang ada di daerah Tuban mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan di laut.
Hal ini terjadi karena daerah Tuban merupakan wilayah pesisir laut dengan suhu tinggi cocok untuk mata pencaharian nelayan.
Selain itu, bagi masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan seperti di Dieng, mata pencahariannya berkebun.
Hal ini karena udara yang dingin, tanahnya sangat cocok untuk ditanami buah-buahan dan sayur-sayuran.
Kearifan lokal berupa rumah adat yang berkembang di Nusantara akibat kondisi iklim juga terlihat pada masyarakat Badui.
Baca Juga: Keragaman Budaya Indonesia dalam Festival Kawung 2016, Materi Kelas 5 SD
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | Tribun News |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR