Bobo.id - Berkunjung ke Yogyakarta, namun bingung menentukan oleh-oleh selain bakpia?
Mayoritas wisatawan yang berlibur ke Yogyakarta akan memilih bakpia sebagai oleh-oleh utama untuk dibawa pulang ke kota asal.
Bakpia memang populer sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta, akan tetapi masih ada kue tradisonal lainnya, lo.
Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari beberapa kabupaten dan kota madya.
Nah, masing-masing daerah tersebut memiliki kue tradisional yang khas dan berbeda. Oleh karena itu, kue tradisional Yogyakarta memiliki keunikan tersendiri.
Bagi teman-teman yang sedang mencari oleh-oleh berupa kue tradisional Yogyakarta untuk oleh-oleh, berikut rekomendasinya.
Apakah kamu pernah mendengar atau melihat penampilan kue yangko?
Kue yangko adalah kue tradisional dari Kotagede, Yogyakarta, yang terbuat dari tepung ketan yang kenyal.
Kue yang memiliki tekstur lembut, kenyal, dan tidak lengket ini ternyata merupakan bukti peninggalan Mataram Kuno, lo.
Dilansir dari Kompas.com, yangko ini sudah dikenal masyarakat Yogyakarta sejak dahulu sebagai kudapan favorit Sultan Agung.
Meski termasuk jenis kue basah, yangko tetap cocok sebagai oleh-oleh yang bisa dibawa pulang ke daerah asal.
Baca Juga: Rekomendasi Pameran Seni di Yogyakarta pada Bulan Juli 2023, Apa Saja?
Kedua ada geplak, kue manis warna-warni yang hampir selalu ditemukan di berbagai toko oleh-oleh di Yogyakarta.
Geplak terbuat dari adonan kelapa parut dicampur gula dan vanili, ada yang dicampuri durian, sirsak, atau nangka.
Berasal dari Bantul, geplak memiliki keunikan rasa karena perpaduan kelapa parut dan gula.
Disebut legendaris, kue geplak sudah ada sejak masa kolonial Belanda, lo, teman-teman. Sebab pada saat itu, Bantul adalah daerah penghasil gula tebu dan kelapa yang populer.
Kalau kamu adalah penyuka kue manis dan kelapa, maka kue geplak perlu dicoba.
Datang dari Kabupaten Gunungkidul, tiwul yang dikenal sebagai camilan mengenyangkan ini juga mudah ditemukan di toko oleh-oleh khas Jogja.
Tiwul merupakan makanan yang terbuat dari singkong yang dihaluskan dan dicampur dengan gula jawa.
Bukan hanya menjadi camilan, masyarakat Yogyakarta juga menikmati tiwul sebagai pengganti nasi yang karbohidratnya tinggi.
Pada era penjajahan Jepang, masyarakat Gunungkidul dan daerah tandus lainnya tidak mampu membeli beras.
Mereka terus berpikir untuk bisa memenuhi kebutuhan karbohidrat, maka dari itu dibuatlah tiwul dari singkong.
Sebab, singkong justru tumbuh dengan baik di wilayah yang tandus dan musim kemarau.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Kuliner Es Jadul di Yogyakarta, Cocok untuk Temani Liburan
Masih dari Yogyakarta, khususnya Kabupaten Kulonprogo, ada kue atau camilan yang disebut geblek. Pernah dengar?
Geblek adalah camilan yang terbuat dari tepung tapioka, diberi garam, dan rasanya hampir seperti cireng.
Bentuk geblek dibuat khas, yakni seperti angka 8 dan warnanya dibiarkan putih sesuai dengan tepungnya.
Geblek biasanya dinikmati bersama dengan tempe benguk. Keduanya adalah perpaduan yang khas.
Di Yogyakarta, geblek dapat dijual siap makan maupun mentah, sehingga cocok untuk oleh-oleh.
Jadah adalah makanan tradisional yang populer di Jawa Tengah dan Yogyakarta, terbuat dari beras ketan yang ditumbuk.
Kue basah ini memiliki rasa yang cenderung gurih dari campuran kelapa parut di dalam adonannya.
Biasanya, masyarakat Sleman senang memadukan jadah dengan tempe bacem untuk camilan yang mengenyangkan.
Termasuk kue yang legendaris, ternyata hidangan jadah tempe ini menjadi makanan kegemaran keluarga Keraton Yogyakarta, lo.
Jika bosan dengan jadah original, kita juga bisa mengolah jadah untuk digoreng atau dibakar.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Restoran Khas Jogja di Sekitar Wisata Keraton Yogyakarta
----
Kuis! |
Dari mana kue yangko berasal? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR