Dalam beberapa kasus, ada partikel-partikel kecil seperti debu, abu vulkanik, atau partikel lainnya yang membekukan tetesan air.
Jika yang membekukan tetesan air ada dalam jumlah banyak, maka tetesan air akan membeku menjadi kristal es.
Ketika pembekuan terjadi pada satu bagian awan, kristal es yang terbentuk akan jatuh atau turun ke bawah dalam awan.
Dalam proses ini, mereka akan menyerap lebih banyak tetesan air di sekitarnya. Akibatnya, area itu jadi lebih kering dari sebelumnya.
Akumulasi kristal es dalam awan menyebabkan berkurangnya konsentrasi tetesan air untuk mempertahankan bentuk awan.
Akibatnya, terbentuklah lubang yang ada di tengah-tengah awan, menciptakan kesan lubang pada formasi awan.
Fenomena ini sering tampak mencolok karena lubang awan punya bentuk hampir sempurna dan area bundar atau elips.
Yap, ketika kita melihat lubang awan, maka kita akan membayangkan atau melihat gambar bentuknya bulat sempurna.
Padahal, bentuk lubang awan tidak selalu bulat sempurna. Kadang, ada juga yang bentuknya tidak beraturan.
Terkadang, lubang awan dapat muncul sebagai formasi berulang, berbaris atau dalam pola lain yang menarik.
Bahkan, ada juga lubang awan yang tidak bulat, melainkan berbentuk persegi panjang atau lurus memanjang.
Baca Juga: Ada Fenomena Alam Hujan Salju yang Muncul di Papua, Apa Penyebabnya?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR