Namun sebelumnya, BMKG akan mencari awan yang bisa disemai atau dijadikan awan untuk menurunkan hujan.
Caranya adalah melihat data satelit. Data itu bisa menunjukkan kandungan uap air dan potensi pertumbuhan awan.
Jika sudah mengetahui awan mana saja yang bisa disemai, para ahli akan naik pesawat khusus dan membawa garam.
Pesawat itu akan masuk ke dalam awan. Dari dalam pesawat, para ahli atau petugas akan menyebarkan garam itu.
Proses dengan menyebarkan garam di awan pilihan inilah yang disebut sebagai proses penyemaian awan.
Untuk mengatasi polusi udara kali ini, disebutkan ada 800 kilogram garam yang akan disemai di ketinggian 10.000 kaki.
Hujan buatan memang butuh banyak garam dan harus dilakukan berkali-kali supaya polusi udara bisa cepat teratasi.
Garam bisa menyerap molekul air di dalam awan sehingga bisa mengumpulkan molekul-molekul air di awan.
Molekul-molekul air ini nantinya akan menjadi air dan kemudian membeku karena suhu di atas itu sangat dingin.
Air yang membeku menjadi es pastinya akan lebih berat sehingga bisa jatuh dari awan ke arah permukaan tanah.
Nah, semakin ke bawah, suhu udaranya semakin panas sehingga es itu akan mencair dan akhirnya jadi hujan.
Baca Juga: Water Bombing dan Hujan Buatan, Dua Metode untuk Memadamkan Kebakaran Hutan
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR