Bobo.id - Beberapa hari belakangan, topik tentang polusi udara jadi perbincangan hangat di tengah masyarakat.
Apalagi banyak media asing yang menyorot indeks kualitas udara di beberapa wilayah Indonesia, khususnya Jakarta.
Yap, dari beberapa daerah di Indonesia, kualitas udara di wilayah Jabodetabek memang jadi salah satu yang terburuk.
Kualitas udara di Jabodetabek masuk kategori tidak sehat dan sangat tidak sehat, terutama saat siang hingga sore.
Buruknya kualitas udara bisa menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan, seperti asma hingga kanker paru-paru.
Ditambah lagi, sekarang ini Indonesia memasuki musim kemarau. Artinya, udaranya memang sedang kering.
Melihat hal ini, pihak berwenang pun mengeluarkan beberapa kebijakan dan cara untuk mengatasi masalah ini.
Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi polusi udara adalah dengan hujan buatan. Bagaimana caranya?
Hujan pada musim kemarau mungkin terdengar aneh, namun ini bisa dilakukan untuk mengatasi masalah polusi.
Tahukah teman-teman? Ternyata, hujan buatan ini sudah dipelajari sejak 1940. Metode ini dikenal dengan cloud seeding.
Teknik yang digunakan adalah penyemprotan awan menggunakan senyawa tertentu, seperti perak iodida.
Baca Juga: Ternyata Kita Bisa Ciptakan Hujan Buatan dengan Barang di Rumah, Coba Eksperimen Ini, yuk!
Namun sebelumnya, BMKG akan mencari awan yang bisa disemai atau dijadikan awan untuk menurunkan hujan.
Caranya adalah melihat data satelit. Data itu bisa menunjukkan kandungan uap air dan potensi pertumbuhan awan.
Jika sudah mengetahui awan mana saja yang bisa disemai, para ahli akan naik pesawat khusus dan membawa garam.
Pesawat itu akan masuk ke dalam awan. Dari dalam pesawat, para ahli atau petugas akan menyebarkan garam itu.
Proses dengan menyebarkan garam di awan pilihan inilah yang disebut sebagai proses penyemaian awan.
Untuk mengatasi polusi udara kali ini, disebutkan ada 800 kilogram garam yang akan disemai di ketinggian 10.000 kaki.
Hujan buatan memang butuh banyak garam dan harus dilakukan berkali-kali supaya polusi udara bisa cepat teratasi.
Garam bisa menyerap molekul air di dalam awan sehingga bisa mengumpulkan molekul-molekul air di awan.
Molekul-molekul air ini nantinya akan menjadi air dan kemudian membeku karena suhu di atas itu sangat dingin.
Air yang membeku menjadi es pastinya akan lebih berat sehingga bisa jatuh dari awan ke arah permukaan tanah.
Nah, semakin ke bawah, suhu udaranya semakin panas sehingga es itu akan mencair dan akhirnya jadi hujan.
Baca Juga: Water Bombing dan Hujan Buatan, Dua Metode untuk Memadamkan Kebakaran Hutan
Penurunan hujan secara buatan ini memiliki beberapa dampak positif maupun negatif. Berikut rinciannya:
- Mengurangi hinga mengatasi kekeringan.
- Mengatasi masalah kabut asap karena kebakaran.
- Membantu memadamkan api pada kebakaran di wilayah luas.
- Membantu suplai air untuk pertanian dan irigasi.
- Mengurangi suhu yang terlalu tinggi di wilayah tertentu.
- Membutuhkan biaya banyak.
- Senyawa kimia bisa memicu hujan asam.
- Memicu pencemaran tanah karena kandungan garam.
- Mengubah siklus hidrologi dan cuaca di wilayah lain.
Nah, itulah penjelasan terkait hujan buatan yang disebut bisa mengatasi masalah polusi udara. Semoga bisa bermanfaat, ya.
Baca Juga: Hujan Buatan Bisa Atasi Kabut Asap di Riau, Bagaimana Caranya?
----
Kuis! |
Apa dampak buruk dari polusi udara? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR