Bobo.id - Siberia menjadi salah satu wilayah Rusia yang luas dengan banyak fenomena alam unik di dalamnya.
Salah satu fenomena alam yang membuat banyak orang penasaran adalah terbentuknya Kawah Batagaika.
Kawah Batagaika ini memiliki kedalaman hingga 85 meter sedangkan lebarnya mencapai 0,69 kilometer, lo.
Uniknya, menurut penelitian, lebar Kawah Batagaika ini akan bertambah sampai 30 meter setiap tahunnya.
Apa pun yang berada di permukaan tanah di sekitarnya akan ditelan masuk ke dalam kawah itu.
Hmm, lalu bagaimana proses terbentuknya Kawah Batagaika di Siberia, ya? Cari tahu bersama, yuk!
Kawah Batagaika terletak di Sakha, Siberia Timur. Wilayah ini dikenal dengan keberadaan permafost.
Sebagai informasi, permafrost adalah lapisan tanah yang mengalami pembekuan sepanjang tahun.
Permafrost ini terdiri dari campuran es, batu, kerikil, dan juga tanah yang menjadi satu hingga membeku.
Salah satu faktor yang menyebabkan pembentukan Kawah Batagaika adalah perubahan iklim global.
Penyebab peningkatan suhu rata-rata di seluruh dunia adalah emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia.
Baca Juga: Langka, Pernah Ada Fenomena Alam Meletusnya Tiga Gunung Api Bersamaan, di Mana?
Akibat peningkatan suhu ini, permafrost yang telah membeku selama ribuan tahun ini mulai meleleh.
Saat suhu naik, lapisan permafrost yang mengandung air mulai mengembang karena pembekuan sebelumnya.
Ini membuat peningkatan tekanan dan mendorong permukaan tanah berisi endapan es, debu, dan kerikil.
Akibatnya, lapisan permukaan tanah yang mengandung material endapan es mengalami penurunan dalam.
Inilah yang menyebabkan terbentuknya kawah yang dalam dan lebar. Yap, itulah Kawah Batagaika.
Kawah ini memiliki kedalaman lebih dari 85 meter dan lebar awal lebih dari 300 meter. Wah, besar sekali, ya!
Keunikan dari Kawah Batagaika adalah wilayah ini terus bertambah besar seiring berjalannya waktu, lo.
Dalam 10 tahun terakhir, Kawah Batagaika melebar antara 9 meter hingga 30,5 meter per tahun.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan Kawah Batagaika adalah pelelehan permafrost.
Peningkatan suhu global membuat permafrost meleleh sehingga tanah di atasnya jadi amblas ke dalam kawah.
Baca Juga: Ada Fenomena Alam Unik Salju Berwarna Merah Muda, Apa Penyebabnya?
Semakin tingginya suhu menyebabkan permafrost meleleh lebih cepat dan dalam sehingga kawah makin besar.
O iya, Kawah Batagaika ini terletak di daerah dengan iklim yang keras dan musim tanam yang pendek.
Selama musim hujan dan semi, air hujan dan air meleleh dari salju bisa mengakibatkan erosi tanah di sekitarnya.
Erosi ini bisa mempercepat pertumbuhan kawah dengan menghilangkan tanah yang melapisi permafrost.
Jika suhu di Bumi terus meningkat, maka Kawah Batagaika ini akan terus bertambah besar di masa depan.
Bersumber dari Science Alert, Kawah Batagaika disebut menyimpan banyak sekali bangkai hewan bersejarah.
Disebutkan, bahwa dalam kawah itu ada bangkai mamooth dan kuda yang sudah berusia 4.400 tahun. Wow!
Tak hanya itu, lewat Kawah Batagaika, para ahli juga mendapatkan data iklim hingga 200 ribu tahun ke belakang.
Hal ini terungkap dalam sebuah studi yang diterbitkan pada 2017, dimuat di Quaternary Research.
Meskipun kaya akan warisan sejarah, namun masyarakat lokal takut akan kemunculan kawah besar itu.
Masyarakat lokal menilai kawah itu melahap tanah mereka, menelan pohon, dan tempat suci mereka.
Baca Juga: Ada Banyak di Indonesia, Apa yang Dimaksud dengan Fenomena Alam Gunung Berapi Tidur?
(Sumber Foto: Wikimedia Commons/NASA)
Artikel ini dibuat dengan bantuan AI dan diperiksa ulang oleh Redaksi Bobo.id.
----
Kuis! |
Apa yang dimaksud dengan permafrost? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR