Bobo.id - Teman-teman, apakah kamu tahu berapakah usia bintang yang kita lihat di langit malam?
Beberapa waktu lalu, kita sudah mengenal fakta unik bintang-bintang paling terang di langit malam.
Rata-rata bintang mengalami proses pembentukan selama ratusan ribu tahun, bahkan bisa lebih lama dari waktu tersebut.
Faktanya, pengukuran usia benda-benda langit dilakukan oleh para astronom, namun prosesnya panjang dan tidak semudah yang kita bayangkan.
Bersumber dari space.com, bintang mempertahankan kecerahan, suhu, dan ukuran selama miliaran tahun.
Kecerahan dan warna bintang berubah secara halus seiring waktu, sehingga dapat memudahkan astronom untuk mengukur usianya.
Lantas, apa yang dilakukan oleh para astronom agar perhitungan usia bintang dapat akurat? Yuk, cari tahu faktanya!
Metode Gyrochoronology
Uniknya, sama seperti benda langit lainnya, bintang juga bisa berputar atau mengalami rotasi.
Namun, putaran bintang melambat seiring waktu, mirip seperti roda yang berputar melambat saat mendapatkan gaya gesek yang besar.
Astronom memanfaatkan informasi kecepatan putaran bintang untuk menemukan usia bintang. Metode ini disebut gyrochoronology.
Baca Juga: Ada 9 Bintang dengan Cahaya Paling Terang di Langit, Apa Saja Namanya?
Ketika bintang berputar, maka akan menghasilkan medan magnet yang kuat dan menciptakan suar bintang.
Suar bintang adalah semburan energi dan cahaya dahsyat yang terjadi di permukaan bintang.
Nah, ketika aktivitas bintang dalam menghasilkan medan magnet dan suar bintang semakin menurun, astronom semakin mudah memperkirakan usianya.
Metode Asteroseismologi
Selain gyrochoronology, astronom juga menggunakan metode canggih bernama asteroseismologi.
Asteroseismologi adalah cara menentukan usia bintang dengan mempelajari getaran pada permukaan bintang yang disebabkan oleh gelombang rambat di dalamnya.
Bintang berusia muda diketahui memiliki pola getaran yang berbeda dengan bintang tua, teman-teman.
Astronom bisa memperkirakan usia Matahari yaitu 4,58 miliar tahun dengan metode asteroseismologi ini.
Metode asteroseismologi mirip dengan seismologi, yang mempelajari gempa bumi dan getaran bumi untuk memahami struktur dan komposisi planet Bumi.
Astronom menggunakan metode ini dengan bantuan instrumen astronomi, seperti teleskop ruang angkasa, yang dapat mendeteksi perubahan kecerahan atau warna bintang seiring waktu.
Nah, itulah beberapa metode yang sering digunakan oleh astronom untuk memperkirakan usia bintang.
Baca Juga: Bagaimana Cara Membedakan Kenampakan Bintang dan Planet di Langit Malam?
Bintang Tertua di Antariksa
Bintang tertua yang diketahui dalam alam semesta diperkirakan berumur lebih dari 13 miliar tahun, yang ditemukan di gugus bintang SMSS J031300.36−670839.3 di galaksi Bima Sakti.
Bintang dalam gugus bintang SMSS J031300.36−670839.3 disebut bintang hiper kuno.
Bintang hiper kuno diyakini merupakan bintang-bintang dari generasi pertama yang terbentuk setelah Big Bang.
Uniknya, semakin besar ukuran bintang, semakin pendek umurnya.
Ketika bintang sudah mencapai puncak perkembangannya, maka mereka bisa meledak menghasilkan fenomena yang kita kenal dengan nama supernova.
National Geographic mendefinisikan supernova sebagai peristiwa berakhirnya evolusi bintang-bintang dalam ledakan kosmik besar.
Saat supernova ini berlangsung, maka unsur-unsur yang memperkaya awan debu dan gas di ruang angkasa akan bertambah.
Supernova juga akan menghasilkan gelombang yang memadatkan awan gas untuk membentuk bintang baru.
Artikel ini dibuat dengan bantuan AI dan diperiksa ulang oleh Redaksi Bobo.id.
----
Kuis! |
Apa itu metode gyrochoronology? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Source | : | astronomy.com,space.com |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR