Dengan jumlah gunung berapi sebanyak itu, maka wilayah Cincin Api ini juga pernah mengalami peristiwa vulkanik besar.
Contohnya letusan Gunung Tambora pada 1815, letusan Krakatau pada 1883, letusan Novarupta pada 1912, letusan Gunung Saint Helens pada 1980, letusan Gunung Ruiz pada 1985, dan letusan Gunung Pinatubo pada 1991.
Selain itu, keberadaan lempeng tektonik di kawasan Cincin Api menyebabkan terjadinya peristiwa gempa bumi.
Adapun lempeng tektonik di kawasan ini antara lain Lempeng Pasifik, Juan de Fuca, Cocos, India-Australia, Nazca, Amerika Utara, dan Filipina.
Menurut penelitian, sekitar 90 persen dari semua gempa bumi di dunia terjadi di sepanjang kawasan Cincin Api.
Di Cincin Api Pasifik, Lempeng Pasifik tenggelam ke bawah lempeng lain yang menghasilkan zona subduksi yang dapat memicu gempa bumi.
Tidak hanya gempa tektonik, cekungan ini juga mengalami jenis gempa vulkanik.
Aktivitas vulkanik yang tinggi di wilayah ini terkait dengan melelehnya batuan di bawah permukaan bumi dan pelepasan energi dalam bentuk erupsi gunung berapi.
Dengan banyaknya jumlah gunung api aktif, erupsi gunung berapi juga dapat memicu gempa bumi di kawasan Cincin Api Pasifik.
Kawasan Cincin Api adalah tempat pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Filipina, dan Lempeng Indo-Australia.
Pertemuan antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Filipina membentuk sebuah area terdalam yang disebut Palung Mariana.
Baca Juga: Tidak Boleh Didaki, Apa Keunikan Fenomena Alam Gurung Machhapuchhre?
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR