Kitab ini dibuat pada masa Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 M. Meski dibuat sudah cukup lama, kalimat itu tetap sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia.
Semboyan 'Bhinneka Tunggal Ika' menunjukan meski Indonesia terdiri dari banyak suku, agam, ras, hingga golongan yang berbeda, persatuan tetap harus dipertahankan.
Bahkan dalam sebuah penelitian dalam Jurnal Kajian Analitik Terhadap Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" karya I Nyoman Pirskia, kata semboyan itu merupakan cerminan keseimbangan.
Semboyan tersebut menjadi penyeimbang antara unsur perbedaan yang jadi ciri keanekaan namun memiliki kesamaan untuk jadi satu.
Pada mulanya, kata-kata semboyan ini digunakan untuk toleransi keagamaan antara HIndu dan Budha, namun kini kata-kata itu memiliki makna yang lebih besar.
Kata 'Bhinneka' yang dimaksud pun punya makna berupa keberagaman yang lebih luas mencakup segala keragaman di seluruh pulau di Indonesia.
Dengan begitu, 'Bhinneka Tunggal Ika' sudah menjadi satu dari empat pilar kebangsaan.
Tanpa adanya semangat dari semboyan ini, Indonesia bisa memiliki pemahaman yang kurang akan pentingnya persatuan di tengah perbedaan.
Nah, setelah memahami penjelasan ini, sekarang akan diberikan beberapa contoh penerapan semboyan bangsa ini.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menerapkan semboyan 'Bhinneka Tunggal Ika'.
Baca Juga: Apa yang Dimaksud Ideologi Liberal dalam Penyimpangan Pancasila Era Orde Lama?
- Memiliki toleransi yang kuat atas perbedaan agama, suku, budaya, ras, dan lain sebagainya.
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR