Bobo.id - Sebagai negara yang dikelilingi oleh perairan, Indonesia punya banyak sekali jenis atau spesies ikan.
Bahkan, ada beberapa spesies ikan yang belum pernah kita dengar sebelumnya, seperti ikan belida. Apa itu?
Ikan belida adalah fauna endemik asli Indonesia. Hewan yang satu ini banyak hidup di sungai-sungai besar.
Secara umum, bentuk tubuh ikan belida memanjang yang mirip dengan pisau atau lidah manusia, lo.
Siripnya panjang, dihubungkan dengan sisik-sisik kecil mirip sirip ekor. Ini yang membuatnya mudah dikenali.
Ukuran rata-rata ikan belida yang biasa tertangkap adalah 15-90 sentimeter. Tapi, ada juga yang sampai 150 cm!
Sempat Dinyatakan Punah
Bersumber dari Kompas.com, ikan belida Chitala lopis pernah dinyatakan punah di Jawa pada tahun 2020.
Lembaga yang menyatakan itu adalah The International Union for Conservation of Nature (IUCN) Redlist.
Kepunahan ini diperkirakan disebabkan karena adanya perubahan fungsi lahan di Pulau Jawa, teman-teman.
Yap, lahan di sekitar kawasan sungai, danau, dan juga rawa banyak dialihfungsikan jadi pemukiman.
Baca Juga: Hiu Paus Disebut Hewan Omnivora Terbesar di Dunia, Apa Saja Makanannya?
Selain itu, hal ini juga disebabkan karena aktivitas penangkapan berlebih dan tekanan ekologis di habitatnya.
Spesies C. lopis hampir tidak ditemukan kembali sejak lebih 160 tahun hingga akhirnya diumumkan punah.
Ikan belida lain seperti hypselonotus masih bisa dijumpai di perairan tawar Jawa, mulai Jawa Barat-Jawa Timur.
Sayangnya, seiring berjalannya waktu, populasi ikan belida jenis lain pun semakin berkurang di Indonesia.
Belida C. lopis Ditemukan Kembali
Baru-baru ini, sekelompok peneliti kembali menemukan ikan belida Chitala lopis di perairan Jawa, lo.
Para ilmuwan menemukan C. lopis dari hasil koleksi yang dikumpulkan pada 34 lokasi: Jawa, Sumatra, Kalimantan.
Penelitian ini juga tak sebentar, dilakukan sejak bulan November 2015 hingga September 2023. Lama, ya!
Data hasil DNA barcoding itu dibandingkan dengan data karakterisasi morfologi koleksi belida C. lopis di Inggris
Ilmuwan yang terlibat dalam penelitian ini menyebut C. lopis adalah ikan purba yang punya sirip seperti kipas.
Karakter morfologi spesies C. lopis ini memiliki tubuh yang lebih tinggi dan lebih dominan dari spesies lain.
Baca Juga: Apa Bahaya Tanpa Sengaja Menelan Duri Ikan? Ini Penjelasannya
Menjelaskan Pengelompokan Ikan Belida
Penemuan C. lopis ini tak hanya membantah kepunahan, tapi juga menjawab persoalan taksonomi belida.
Taksonomi adalah ilmu pengelompokan suatu hal berdasarkan hal tertentu. Jadi, ada pengelompokan belida.
Menurut peneliti, mayoritas ikan belida yang ada di Indonesia, sebenarnya termasuk dalam spesies C. lopis.
Meski begitu, masih ada spesies lain yang jadi turunannya, yakni borneensis dan juga C. hypselonotus, lo.
Penemuannya juga memperluas sebaran C. lopis tidak hanya di Jawa, tapi juga di Sumatra dan Kalimantan.
Meski ada di tiga pulau besar, namun jumlah ketiga jenis ikan mengalami penurunan di Sumatra dan Jawa.
IUCN mengungkap kalau spesies Chitala termasuk Least Concern (tingkat kepunahan yang masih rendah).
Sementara itu, belida C. lopis dianggap punah. Oleh karena itu, status konservasi IUCN perlu dievaluasi.
Misalnya dengan sebaran C. lopis di Indonesia bukan hanya di Jawa, tapi juga di dua pulau besar lainnya.
Kemudian, status konservasi C. hypselonotus dan C. borneensis juga perlu direvisi jadi Critically Endangered.
Ini artinya ikan belida jenis itu sudah kritis atau terancam punah karena keterbatasan populasi dan sebaran.
Baca Juga: Benarkah Kuda Laut Memiliki Kemampuan Berenang yang Buruk? Ini Faktanya
----
Kuis! |
Berapa ukuran ikan belida? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR