Bobo.id - Ular adalah hewan melata yang terkenal berbahaya karena bisa beracun yang dihasilkannya.
Tapi dari semua jenis ular, ada satu jenis yang cukup menarik yaitu ular derik.
Biasanya ular hanya mengeluarkan suara desisan dari mulutnya, tapi ular derik punya cara berbeda untuk hasilkan suara.
Hewan ini bisa menggerakan ekornya hingga hasilkan suara khas yang membuatnya disebut dengan nama ular derik.
Tapi, kenapa ekor ular derik biasa hasilkan suara? Apa tujuan suara itu dikeluarkan?
Kali ini, Bobo akan mengajak teman-teman berkenalan dengan salah satu jenis ular yaitu ular derik.
Ular Derik
Ular derik adalah salah satu jenis ular yang beracun dengan pola kulit yang menarik.
Racun ular derik pun termasuk berbahaya dan sangat kuat, bahkan racun ini bukan hanya untuk melumpuhkan mangsa tapi juga membantu dalam proses mencernanya.
Jenis ular ini juga bisa dikenali dari pola kulit yang terdiri dari kombinasi hitam, kuning, oranye, dan merah.
Beragam warna itu akan membantu pola belang yang berguna sebagai peringatan bagi predator yang akan menyerangnya.
Baca Juga: Tidak Memiliki Bisa, Kenapa Ular Piton Termasuk Hewan Berbahaya?
Selain warna kulit, hewan ini juga bisa dikenali dari ekornya yang bisa mengeluarkan suara. Kenapa bisa begitu?
Alasan Ekor Ular Derik Bisa Keluarkan Bunyi
Suara yang dihasilkan ular derik selain desisan adalah suara dari ekornya.
Dikutip dari Kompas.com, ujung ekor hewan ini memiliki segmen-segmen berongga yang saling berkaitan dan terbuat dari keratin.
Keratin yang termasuk jenis protein penyusun kulit hingga rambut membuat ujung ekor ini cukup kuat.
Dengan rongga yang saling bertautan, ujung ekor ini mempunyai beberapa ruang yang longgar.
Jadi, saat ular derik menggerakan sambil menggetarkan ekornya, maka segmen dari keratin ini akan saling bertabrakan.
Tabrakan antar segmen itu akan menyebabkan bunyi gemercik yang mirip seperti alat musik marakas.
Nah, untuk menggerakan atau menggetarkan ekor, ular derik punya tiga otot yang bergerak, yaitu supercostalis lateralis, iliocostalis, dan longissum dorsi yang terletak di tulang belakang.
Jadi, saat berusaha menggerakan ekor, otot di tubuh ular derik akan membuat getaran merambat sampai di seluruh tubuhnya.
Cara itu membuat luar derik bisa terlihat kabur saat kita melihatnya.
Baca Juga: Melata dengan Kecepatan 28 Km per Jam, Inilah Ular dengan Gerakan Tercepat di Dunia
Hebatnya ular derik bisa menggerakan ekornya sebanyak 50 hingga 100 kali per detik yang tentu sangat cepat.
Bahkan kecepatan itu sebanding dengan sayap burung kolibri yang mengepak 50 hingga 200 kali per detik, lo.
Dengan gerakan ekor yang cepat dan menghasilkan suara, apa sebenarnya tujuan hewan ini?
Tujuan Ular Derik Mengeluarkan Suara dari Ekor
Adanya bentuk ujung ekor yang unik dan getaran yang dilakukan ular ini tentu bukan tanpa alasan.
Ular derik memang sengaja membuat ekornya berbunyi sebagai bentuk pertahanan diri.
Jadi, saat ada predator yang berusaha menyerangnya, ular ini akan menggerakan ekor dan mengeluarkan suara gemercik.
Suara itu akan menjadi tanda kalau ular ini tidak suka dengan kehadiran hewan atau predator yang mendekati wilayah hewan ini.
Selain mengeluarkan suara dari ekornya, ular derik biasa memasang posisi bertahan dengan melingkarkan tubuh dan mengangkat kepala.
Jadi, saat teman-teman menemukan hewan ini dan terlihat sudah menunjukkan gerakan tersebut, sebaiknya menjauh, ya.
Dari penjelasan ini sekarang teman-teman lebih mengenal ular derik yang punya ekor unik.
Baca Juga: Kenapa Ular Suka Bersembunyi di Tempat Lembap saat Musim Hujan?
----
Kuis! |
Apa warna kulit ular derik? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR