Bobo.id - Pernahkan teman-teman bersantai dan melihat awan di langit yang bergerak-gerak?
Saat melihat awan, teman-teman akan menemukan berbagai bentuk yang berbeda.
Bahkan beberapa fenomena kemunculan awan dengan bentuk unik membuat banyak orang terpesona.
Dikutip dari Kompas.com, ada awan berbentuk topi yang pernah muncul di beberapa pegunungan di Indonesia, seperti Gunung Lawu, Gunung Merapi, Gunung Arjuno, dan Gunung Merbabu.
Selain itu, ada juga awan berbentuk gumpalan hingga awan yang berbentuk kapal selam.
Keunikan berbagai bentuk awan ini membaut banyak orang mengaitkannya dengan berbagai peristiwa yang pernah terjadi di tempat awan itu terlihat.
Tapi tahukah teman-teman kenapa awan punya bentuk yang berbeda-beda?
Bentuk awan yang berbeda-beda tentu tidak muncul dengan begitu saja atau berkaiatan dengan hal mistis, ya.
Ada penjelasan ilmiah tentang perubahan bentuk awan atau berbagai bentuk awan unik di berbagai tempat.
Penyebab Bentuk Awan Berbeda-beda.
Dikutip dari Kompas.com, prakirawan cuaca dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) menyebut kalau bentuk awan sangat dipengaruhi cuaca.
Baca Juga: Ada Fenomena Unik Awan Pelangi di Langit Utara, Apa Penyebabnya?
Jadi, saat angin berkumpul, awan juga akan berkumpul sehingga awan akan ada di satu lokasi tertentu yang sebenarnya bersama angin.
Atau saat angin menyebar makan awan juga akan memanjang dan melebar seperti pergerakan angin.
Dengan melihat awan, teman-teman juga bisa memprediksi gerakan angin yang sulit dilihat secara langsung.
Dari gerakan angin yang berpengaruh pada gerakan awan, ada beberapa bentuk awan yang terkenal dan cukup sering muncul.
Berikut beberapa bentuk awan yang sering muncul dengan bentuk yang unik dan menarik.
Bentuk Awan yang Unik
1. Lenticularis
Dikutip dari BBC.com, ada awan dengan nama lenyticularis yang berbentuk oval dan sering muncul di puncak gunung.
Bentuk awan ini sering disebut awan bertopi, karena bentuknya seperti sebuah topi yang digunakan gunung.
Awan ini terbentuk saat aliran udara melintas di atas gunung stabil dan lembap.
Jadi, saat aliran udara naik ke puncak dan mendingin, kelembapan udara akan mengembun dan membentuk awan di atas gunung.
Baca Juga: Fakta Unik, Kristal Salju Ternyata Butuh 2 Jam untuk Sampai ke Tanah
2. Nacreous
Jenis awan lainnya adalah nacreous yang termasuk jenis awan langka dan paling tinggi di Bumi.
Awan ini berperan penting dalam penghancuran kimia di lapisan ozon dan biasa terbentuk di dekat kutub musim dingin ekstrem.
Saat suhu udara turun hingga di bawah -83 derajat celcous, dengan kelembapan di stratosfer kering, justru muncul gumpalan awan ringan yang mengandung kristal es.
Awan itu akan terbentuk di ketinggian 15.000 meter dan matahari kana tetap menerangi sehingga bentuk awan akan terlihat dari permukaan Bumi.
Dengan sinar matahari, kristal es pada awan akan memantulkan sinar, sehingga warna awan akan terlihat seperti fajar atau senja.
3. Asperitas
Lalu bentuk awan unik lainnya adalah asperitas yang baru dikenali secara resmi pada Juni 2015.
Awan ini terdiri dari gelombang yang gelap dan menggelung jauh secara sembarangan di langit.
Jenis awan ini baru ditemukan pada tahun 2008 dan hingga kini masih terus diteliti tentang proses terbentuknya.
Karena awan ini biasa terlihat di daratan Amerika Utara, lokasi itu juga jadi tempat penelitian dilakukan.
Baca Juga: Fenomena Alam Awan Ternyata Punya 10 Bentuk yang Berbeda, Apa Saja?
Dari penjelasan ini, teman-teman telah memahami penyebab awan dengan berbagai bentuk bisa muncul hingga beragam jenis awan unik.
----
Kuis! |
Di mana awan berbentuk topi pernah muncul di Indonesia? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR