Bobo.id - Di langit malam, ada satu objek besar yang hampir selalu terlihat. Yap, itu adalah Bulan, satelit alami Bumi.
Bersumber dari Space.com, Bulan memiliki diameter sekitar 3.475 kilometer atau kurang dari sepertiga luas Bumi.
Namun, kemungkinan angka itu kini tidak sama lagi. Sebab, peneliti menyebut kalau Bulan alami penyusutan.
Pengamatan terhadap ukuran Bulan dilakukan dengan alat Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) milik NASA.
Para peneliti menemukan ada tebing di kerak Bulan yang baru terbentuk. Mungkin usianya baru 100 juta tahun.
Hmm, lalu kira-kira apa yang menyebabkan Bulan mengalami penyusutan ukuran, ya? Cari tahu bersama, yuk!
Penyebab Bulan Menyusut
Bulan yang menyusut ini diperkirakan terjadi karena aktivitas tektonik yang terjadi saat proses pendinginan.
Tidak seperti Bumi yang punya lempeng tektonik, Bulan tidak punya itu. Lalu, dari mana asal aktivitas tektoniknya?
Diketahui, aktivitas tektonik pada Bulan itu terjadi ketika satelit alami Bumi secara perlahan kehilangan panas.
Saat Bulan mendingin dan makin menyusut, keraknya jadi rapuh dan pecah dan menghasilkan patahan dorong.
Baca Juga: Ada Gaya Gravitasi, Mengapa Bulan Tidak Jatuh ke Bumi? Ini Penjelasannya
Fenomena ini membuat satu bagian kerak yang mudah rapuh ini didorong ke atas ke bagian yang berdekatan.
Hal inilah yang membuat permukaan Bulan jadi berkerut, mirip anggur yang mengerut menjadi kismis!
Selain itu, permukaan Bulan tak terlalu padat sehingga partikel bisa lepas dan terlempar akibat adanya benturan.
Sejak LRO milik NASA beroperasi 10 tahun lalu, lebih dari 3.500 patahan dorong ini telah ditemukan. Banyak, ya!
Kalau ada bagian Bulan yang lebih terang, itu tandanya ada kerak Bulan yang baru terbuka, teman-teman.
Fenomena ini juga menunjukkan bahwa di Bulan terjadi peristiwa gempa yang mirip dengan yang ada di Bumi.
Karena aktivitas tektonik, ukuran Bulan kini diprediksi mengecil 50 meter dalam beberapa ratus juta tahun.
Gempa yang Terjadi di Bulan
Para astronom Apollo pertama mulai mengukur aktivitas seismik di Bulan pada tahun 1960 dan 1970-an.
Mereka menemukan kalau aktivitas seismik sebagian besar terjadi di perut Bulan, di permukaan hanya sedikit.
Gempa Bulan banyak terjadi dekat dengan patahan dorong yang diakibatkan oleh adanya aktivitas tektonik.
Baca Juga: Jadi Bulan Purnama Pertama di Tahun 2024, Kapan Waktu Wolf Moon Terlihat?
Ketika misi Apollo, para astronom mengamati 28 gempa bulan yang direkam oleh alat rekam sensor getar, lo.
Pada 13 Maret 1973, gempa bulan yang sangat kuat mengguncang seismometer tersebut dari arah umum kutub selatan bulan.
Ini banyak disebabkan oleh aktivitas tektonik daripada dampak meteorit yang bisa jadi sumber lain gempa Bulan.
Persiapan Artemis 3 Mendarat di Bulan
Artemis 3 dijadwalkan akan mendarat di Bulan pada tahun 2026 mendatang. Artinya, mereka harus bersiap.
Para astronom harus merencanakan kemungkinan bahwa tanah di Bulan tidak stabil seperti yang diharapkan.
Model para peneliti menunjukkan, misalnya, bahwa dinding bawah Kawah Shackleton rentan longsor.
Saat semakin dekat dengan tanggal peluncuran misi berawak Artemis, penting untuk jaga astronot dan peralatan.
Penelitian tentang ukuran Bulan yang makin menyusut ini membantu kita bersiap menghadapi tahun 2026.
Misalnya, bisa dibuat struktur rekayasa yang lebih tahan terhadap aktivitas seismik yang terjadi di Bulan.
Dengan begitu, ini dapat melindungi manusia dari zona sangat berbahaya yang ada di satelit alami Bumi itu.
Nah, itulah informasi tentang ukuran Bulan yang makin menyusut. Semoga bisa menjawab rasa penasaranmu, ya.
Baca Juga: Unik, Ada 10 Jenis Bulan yang Dianggap Aneh di Tata Surya, Apa Alasannya?
----
Kuis! |
Berapa diameter Bulan? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR