Secara umum, Buku Sutasoma membahas tentang perbedaan kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit.
Untuk itu, diajarkan toleransi kehidupan beragama untuk hidup berdampingan dengan rukun dan damai.
Lebih lanjut, meski Hindu-Buddha merupakan dua ajaran berbeda, perbedaan itu tak boleh memecah belah.
Ini karena kebenaran dalam keyakinan apa pun nantinya akan bermuara pada hal yang satu, teman-teman.
Pengertian Bhinneka Tunggal Ika dalam Buku Sutasoma terkait keyakinan Hindu-Buddha yang melebur jadi satu.
Semboyan ini digunakan untuk mendamaikan masyarakat pemeluk agama Hindu dan Buddha di masa Majapahit.
Setelah kemerdekaan, kata Bhinneka Tunggal Ika dari Buku Sutasoma digunakan kembali oleh bangsa Indonesia.
Sebab, hal ini sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia yang memiliki banyak perbedaan latar belakang.
Perbedaan atau keberagaman pada masyarakat Indonesia ini meliputi suku, agama, ras, budaya, dan lainnya.
Meski hidup di tengah keberagaman, masyarakat harus tetap bersatu untuk meraih kedaulatan Indonesia.
Bhinneka Tunggal Ika dirasa sangat cocok untuk membentuk bangsa yang kokoh di tengah banyak perbedaan.
Karena Bhinneka Tunggal Ika sudah mendarah daging, maka semboyan ini jadi bagian lambang Garuda Pancasila.
Penglihatan Mulai Buram? Ini 3 Hal yang Bisa Jadi Penyebab Mata Minus pada Anak-Anak
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR