Para astronom yang sudah meneliti Arcturus menemukan bahwa bintang ini memiliki massa sekitar 1,5 kali massa Matahari.
Cahaya terang Arcturus sekitar 113 kali lebih terang daripada Matahari.
Uniknya, meskipun lebih terang, suhu Arcturus lebih rendah dibandingkan Matahari, yang artinya banyak energi dari bintang ini terpancar dalam bentuk panas.
Saat ini, Arcturus berada pada tahap akhir kehidupannya, karena telah berhenti melakukan fusi hidrogen di intinya.
Meski jumlahnya triliunan, ternyata bintang hanya dibedakan menjadi enam jenis, salah satunya bintang raksasa merah.
Bersumber dari NASA, bintang deret utama membentuk sekitar 90% populasi bintang di alam semesta.
Ketika bintang deret utama yang massanya kurang dari delapan kali Matahari kehabisan hidrogen di intinya, maka bintang ini mulai runtuh.
Bersamaan dengan proses ini, suhu dan tekanan akan meningkat sedemikian rupa, hingga helium mulai berubah menjadi karbon untuk melepaskan energi.
Fusi hidrogen ini menyebabkan lapisan tersebut mengembang, menghasilkan bintang raksasa merah yang warnanya tampak oranye.
Ketika bintang raksasa merah tidak stabil dan berdenyut, maka bintang akan mengembang, mengeluarkan sebagian atmosfernya, dan menciptakan awan debu yang disebut nebula planet.
Baca Juga: Benarkah Semua Objek di Alam Semesta Bisa Berputar? Ini Penjelasannya
Source | : | space.com |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR