Mikroplastik primer adalah partikel kecil yang sengaja dirancang untuk digunakan secara komersial, misalnya ditemukan pada kosmetik, pakaian, dan sebagainya.
Sementara mikroplastik sekunder adalah partikel yang dihasilkan dari penguraian plastik besar.
Terbentuknya mikroplastik sekunder ini disebabkan oleh beragam faktor, terutama radiasi matahari dan gelombang laut.
Sayangnya, mikroplastik yang berukuran kecil ini bisa tersebar dengan mudah ke seluruh lingkungan, hingga menimbulkan masalah bagi makhluk hidup.
Mengapa bisa begitu, Bo?
Sebab, mikroplastik juga membutuhkan ratusan hingga ribuan tahun untuk terurai. Padahal dalam proses penguraian tersebut, plastik dapat menimbulkan kerusakan lingkungan.
Di pantai, mikroplastik berbentuk potongan plastik kecil berwarna yang tersebar di pasir.
Sedangkan di lautan, polusi mikroplastik tidak sengaja tertelan oleh hewan laut saat mereka sedang berburu makanannya.
Jika mikroplastik ada di dalam tubuh hewan laut, kemudian hewan laut itu kita konsumsi, maka mikroplastik juga sudah mencemari tubuh kita, lo.
Baru-baru ini, peneliti dari Cornell University, Amerika Serikat, menemukan bahwa masyarakat Asia Tenggara menjadi penduduk yang 'mengonsumsi' mikroplastik terbanyak di dunia.
Masyarakat Indonesia bahkan memasukkan sekitar 15 gram mikroplastik per kapita per bulan, secara tidak sadar.
Baca Juga: Mengapa Menahan Buang Air Kecil Bisa Sebabkan Sakit Perut? Ini Penjelasannya
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR